Mohon tunggu...
YUDI MASRAMID
YUDI MASRAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jaya Wjaya dan Mengenal Wamena

7 November 2022   14:26 Diperbarui: 7 November 2022   14:30 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Warga sipil yang tewas akibat kerusuhan di Wamena, Papua sudah mencapai 28 orang (ANTARA FOTO/Marius Wonyewun)

Suku Dani sering memakai 'pakaian' dan aksesoris khusus untuk perang ritual. Bagian penting dari budaya Dani adalah perang ritual skala kecil antar suku atau desa yang berbeda. 

Dulu sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk mempersiapkan perang membuat senjata seperti tombak dan busur dan anak panah.

Kedatangan misionaris  ke daerah itu membuat  mayoritas penduduk masuk Kristen bercampur dengan kepercayaan dan praktik tradisional (animistik).

Sisanya 5% beragama Islam, terutama pendatang dari Jawa yang bekerja untuk pemerintah. Rumah suku Dani  adalah honai , sebuah pondok tradisional suku di daerah ini.

Kabupaten ini dinamai  Jayawijaya. Arti dari "Jaya Wijaya" adalah  'kemenangan abadi' sedangkan bagi penduduk kabupaten semboyannya adalah "Yogotak hubuluk motok hanorogo" 

Dalam bahasa Dani lokal berarti "Besok akan lebih baik dari hari ini" Sebuah philisopi yang bagus dan mengandung optimisme  yang kuat bagi Papua. 

 Warga sipil yang tewas akibat kerusuhan di Wamena, Papua sudah mencapai 28 orang (ANTARA FOTO/Marius Wonyewun)
 Warga sipil yang tewas akibat kerusuhan di Wamena, Papua sudah mencapai 28 orang (ANTARA FOTO/Marius Wonyewun)

Pada tahun 1956, Frits Veldkamp dikirim ke Lembah Baliem untuk membangun pos pemerintah dan lapangan terbang untuk pemerintah Belanda.

Dia memilih tanah kosong di tepi sungai yang kini dikenal dengan sebuah kota  yang disebut Wamena .

Wamena  merayakan hari jadinya tanggal 10 Desember sebagai memperingati  Frits Veldkamp tiba di lembah Dani pada tanggal 10 Desember tahun 1956.

Selain gunung-gunung besar, juga desa-desa tradisional suku Dani dengan gubuk-gubuk jerami bundar, penduduk  masih memakai koteka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun