Mohon tunggu...
YUDI MASRAMID
YUDI MASRAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kereta Api Seribu Kenangan

30 September 2022   08:42 Diperbarui: 30 September 2022   09:41 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas penumpang di Stasiun Pariaman, 2019.Masih Belum berubah | sumber Ahsanuz Zikri/Wikipedia.org

Waktu sore sering diajak kakak Kakak saya yang abg suka merokok diatas gerbong yang kosong. 

Saking sukanya merokok, sampai dewasa menjadi perokok berat. 

Saya tidak pernah mengadu kepada orang tua karena tidak pernah ditanya.

Meski perokok berat ,umurnya juga sampai 75 tahun dan tiga tahun terakhir harus berobat ke dokter jantung akibat rokok. 

Dokter sampai keberatan memberi pengobatan dan kakak berjanji tidak lagi merokok.  Janji yang tidak pernah ditepatinya  karena suka rokok. Setiap kali akan berobat kedokter jantung kakak saya menggosok gigi dan berpura-pura tidak merokok. Itu keterangan dari keluarganya.

Saya juga pernah menyaksikan kereta api dari Naras ke Pariaman anjlok di sebuah kelokan akan masuk Setasiun Pariaman. Ketika itu saya latihan Pramuka.

Tidak ada korban karena lokomotif tidak sampai terguling tapi ditahan plang sinyal masuk. Kuat juga tiangnya menahan kereta anjlok.

Kereta penumpang lain masih tetap di rel , penumpang berhamburan turun. Sejak itu rute Pariaman Naras stop karena tidak aman pada jalan menikung. 

Paling asyik kalau naik kereta api dari Padang ke Bukittinggi atau Sawah Lunto.

Kereta api berjalan dengan lokomotif didepan.
Di Kayutanam kereta api diputar karena jalan kereta api mendaki.

Kereta api didorong untuk mendaki melewati jalur bergerigi. Masuk terowongan ( lubang kalam) ada sensasi tersendiri. Semua gelap tak ada lampu. Ada dua terowongan yang ditembus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun