Jatuh Cinta Seperti di Film Film (JCSDFF)/ JeCeSDeFeF
Judul yang cukup panjang untuk sebuah film, namun penulis jadi bersyukur karena judul ini sudah merupakan revisi dari judul sebelumnya yaitu "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film dan Webseries".
Kisah Cinta Dua Orang Dewasa.
Sesuai dengan judulnya, film ini memang menceritakan kisah cinta, romansa dari dua orang yang sudah melewati masa dewasa secara fisik dan sampai pada masa dewasa secara pemikiran.
Menuju usia 40 tahun, tentu cinta yang dirasakan tidak akan membara seperti mereka yang berusia 20-30an tahun, cinta menjadi sekedar nyala, namun nyala yang tidak mudah padam meski  ada angin kencang ataupun badai, nyala yang akan terus hidup dan jadi semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kepedihan mengenai saat orang yang dicintai harus pergi mendahului, juga merupakan bagian dari kisah cinta yang harus dilalui oleh dewasa, kesedihan yang bukan berarti harus berurai air mata di setiap waktu, kesedihan yang terberat adalah saat dunia terus berjalan, meski kita ingin terus berada di masa sebelum kita ditinggalkan.
Film berdurasi 1 jam 58 menit ini juga membuat para penonton jadi lebih paham mengenai bagaimana sebuah film bisa terjadi, mengenai bagaimana seorang penulis cerita, membuat rangkaian cerita untuk sebuah film, yang sudah melewati hingga 8 babak hingga menjadi suatu sajian menarik yang bisa membuat penonton terhibur.
Berada dalam Khayalan.
Sorot lampu mengarah pada Yandy Laurens, sutradara sekaligus penulis cerita dari film Jatuh Cinta Seperti di Film Film, seseorang yang juga berada di balik webseries fenomenal pada masanya yaitu "Sore : Istri dari Masa Depan (2017)", dan series original di Disney + "Yang Hilang dalam Cinta (2022)" serta film "Keluarga Cemara (2019)" yang membuatnya mendapatkan Piala Citra sebagai penulis skenario terbaik.
Dari banyak karyanya, Yandy memang memiliki semacam signature, jika dia akan menyelipkan unsur fantasi dalam kisahnya, seperti bisa melakukan time travel, bisa melakukan telepati, atau bisa menghilang, namun unsur fantasi dalam film ini sudah sampai di bagian ultimate yaitu membuat penonton berada dalam khayalan sang tokoh utama.
Menjawab alasan kenapa Sebagian besar film ini berada dalam warna monokrom, kejadian yang  ada disana, memang tidak benar benar terjadi, semua hanyalah rangkaian kejadian yang coba disimulasikan untuk membuat sebuah cerita yang disukai penonton.
Pace yang Lambat.
Bagian yang mungkin bisa menjadi kelemahan dari kebanyakan karya Yandy Laurens adalah alur cerita yang cenderung lambat, namun kelemahan ini bisa jadi keunggulan karena memang untuk lebih menunjukan karakter para tokoh dibutuhkan alur yang seperti itu.
Rangkaian lagu yang hadir di Tengah cerita juga tidak akan begitu berkesan jika menyajikan film ini dalam pace yang lebih cepat, "Anything you want" dari Reality Club dan soundtrack utama dari film ini yaitu "Bercinta Lewat Kata" dari Donne Maula, berada pada momen yang sesuai dan menguatkan impresi  dari film ini.
Lagu "Bercinta Lewat Kata" memiliki kesan yang lebih special karena video klip lagu tersebut yang juga disutradari oleh Yandi, menampilkan prekuel dari kejadian yang ada di film ini, dengan sudut pandang dari Bagus, sang tokoh utama yang diperankan oleh Agus Ringgo.
Bagian prekuel lain juga bisa anda temui di video klip "Sudut Memori" dari Yura Yunita, lagu yang sebenarnya sudah dirilis sejak 2021 lalu ini, kemudian dibuatkan video klip baru yang menampilkan sudut pandang Hana (Nirina Zubir) saat kematian suaminya.
Membawa Komedi
Genre film ini adalah "RomCom" Â (Romantic-Comedy), menjadi penegasan jika film ini bukan hanya kisah yang membuat pilu namun juga bisa membawa tawa atau minimal tersenyum, mengingat produser dari film ini adalah Ernest Prakarsa yang merupakan salah satu founder stand-up comedy Indonesia, maka gen komedi tentunya akan terbawa.
Namun sejatinya, signature lain dari karya Yandi adalah memiliki unsur komedi, hal itu dibuktikan pada peran yang biasanya dimainkan oleh Dion Wiyoko, yang di film juga berperan sebagai Dion Wiyoko (duh..jadi bingung jelasinnya), sama seperti karakter yang diperankan Dion dalam web series sebelumnya dari ketabahan dan tampilannya yang keren, ada saja hal yang bisa mengundang tawa.
Hadirnya Ringgo juga sudah membawa unsur komedi, aktor asal Bandung ini, sudah sering memainkan karakter yang memang slengean dan konyol, membuat perannya dalam film yang sudah rilis sejak 30 November lalu ini memiliki porsi lengkap antara romance dan komedinya.
Chemistry antara Ringgo dan Nirina juga sangat kuat, keduanya sudah sering dipasangkan dalam berbagai genre film, membuat interaksi antara keduanya nampak begitu hidup, Nirina juga yang merupakan pencetus adanya film ini, karena Yandi meresa terkesan dengan penampilan akting Nirina saat di keluarga Cemara, ide itu kemudian dia kembangkan menjadi karakter Hana dan sebuah masterpieces.
Salam hangat.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI