Mohon tunggu...
Yudi Kurniadi
Yudi Kurniadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja

Pekerja konstruksi dan penikmat sepakbola yang lagi suka menulis. Here We Go!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Joshua Kimmich, Ketika Bisa Banyak Hal tapi Cerewet

31 Mei 2020   18:36 Diperbarui: 31 Mei 2020   18:29 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joshua Kimmich. (Foto: Getty Images)

Menjadi seorang yang 'katanya' multitalent itu menyenangkan. Seperti halnya yang dimiliki oleh Joshua Kimmich dimana posisi bermainnya seringkali berubah sesuai kebutuhan, Kimmich mempunyai peran penting di Bayern Munchen selain sebagai gelandang bertahan, dia juga bisa menjadi bek tengah, bek sayap, dan gelandang tengah. Satu lagi cerewet!

Transformasi posisi adalah sebuah hal lumrah dalam sepak bola. Langkah yang bisa dikatakan sebagai penghematan dibandingkan dengan membeli pemain baru. Namun, sejatinya tranformasi posisi bukan sekadar langkah penghematan, ada hal-hal yang menjadi landasan mengapa tranformasi posisi harus dilakukan.

Ketika kedatangannya di Bayern Januari 2015 silam, Kimmich secara tradisional merupakan seorang gelandang. Josep Guardiola pelatih Bayern waktu itu, sempat memasang Kimmich menjadi pemain belakang sebagai bek tengah, karena waktu itu Pep sudah kehabisan stok pemain belakang yang mumpuni karena beberapa pemain yang biasa dipasang mengalami cedera.

Perubahan posisi bermain memang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Selain karena cedera rekan setim, juga untuk taktik atau hanya untuk memanfaatkan kelebihan si pemain.

Selain pemain serba bisa, mantan gelandang Bayern era 2000-an, Mehmet School menyebut Kimmich adalah pemain yang terlalu cerewet. Legenda Die Roten itu sampai menyebutnya sebagai 'Greta Thunberg Sepak bola Jerman'.

Greta Thunberg adalah seorang aktivitis lingkungan asal Swedia, ia sering menyuarakan tentang perubahan iklim. Atas kelantangannya bersuara itu, Thunberg dipilih oleh majalah TIME sebagai 'Person of the Year' pada 2019.

Gadis kelahiran Stockholm itu sudah bersuara bahkan sebelum usianya genap 17 tahun. Itu adalah sebuah pencapaian tersendiri, mengingat saat mendapatkan award tersebut Thunberg masih berusia 16 tahun, ia tercatat sebagai orang termuda dan tokoh kelahiran abad ke-21 pertama yang pernah menerima penghargaan itu.

Lantas, apakah konteks Scholl menyebut Kimmich seperti Thunberg adalah karena Kimmich juga kerap bersuara soal isu lingkungan atau perubahan iklim? Bukan, bukan begitu. Ungkapan tersebut sebenarnya merupakan sindiran, Scholl kesal karena Kimmich terlalu banyak bicara laiknya aktivis.

Tentunya Scholl memiliki alasan tertentu kenapa ia bisa mengungkapkan hal tersebut. Oke saya kasih contoh pada saat Bayern dilatih oleh Carlo Ancelotti, Kimmich sering berulang kali mengeluh kepada media lantaran jarang tampil sebaga starter di sepanjang musim 2016/17. Ia pun sempat dikaitkan dengan kepindahannya ke Manchester City di mana ia bisa bereuni dengan eks pelatih yang mengorbitkannya di Bayern, Pep Guardiola.

Dipoles Josep Guardiola dan Joachim Loew

Kimmich memulai karier sepakbolanya di akademi VFB Stuttgart, seperti halnya bintang timnas Jerman seperti Sami Khedira, Mario Gomez dan Timo Werner adalah jebolan akademi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun