Namun, tiba-tiba saja Ia melepaskan pelukannya. Raut wajahnya pun berubah seketika.
"Kenapa mesti Aa?" Ia bertanya sembari merubah posisi duduknya dan mulai menjauh dariku.
"Maksud kamu?"
"Iya, kenapa Aa yang bisa membuat aku tersenyum? Kenapa juga situasi seperti ini cuma Aa yang aku ingat dan yakin bisa membantu aku?"
"Apa kamu merasakan hal yang sama?"
"Aa punya perasaan ke aku?"
"Hemmm... Lupakan saja!"
Aku pun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Enggak, A! Aa harus bisa menjawab!"
"Udah. Kita bisa melanggar komitmen! Kalau kita pacaran, band kita bisa bubar!"
"Iya, aku tau! Tapi sekalipun kita gak pacaran, band kita gak bakalan bener, A."