Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Delapan Sifat Ibu Paling Menyebalkan... Namun Berguna untuk Masa Depan Anak (Spesial Hari Ibu)

22 Desember 2022   17:11 Diperbarui: 22 Desember 2022   17:22 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrahim.

Saya bersyukur lahir dari rahim seorang Mama Enciel. Beliau mendidik dan membesarkan saya sejak lahir di Sagamihara (dekat Tokyo), pulang ke Indonesia, sampailah sekarang saya lulus kuliah dan mencari kerja.

Ibu, mama, mami, enyak, ambu, umma, mother, mom, mae, adalah sebutan bagi wanita pertama dalam hidup kita. Bisa dibilang seorang ibu adalah cinta pertama anak lelakinya, bahkan ketika anak lelaki telah dewasa pun masih sering dipeluk dan dicium oleh ibunya seperti ketika bayi dulu.

Namun, ada beberapa sifat ibu yang kerap dinilai oleh anaknya menyebalkan, padahal secara tidak sadar berguna untuk masa depan si anak. Saya juga sering melaluinya. Saya bisa merangkum delapan di antaranya.

1. Memanggil terus-menerus.
Terkadang kita sebal dengan suara ibu kita yang nyaring dan berisik. Entah itu memanggil kita untuk makan, tidur, salat, berzikir, mengaji, atau mengesampingkan kesukaan kita untuk kebaikan dan kemanusiaan. Padahal, itu untuk kebaikan kita.

2. Tidak mau disalahkan
Kadang, dalam perdebatan anak dan orang tua, orang tua selalu ingin menang. Anak memang tidak dibenarkan melawan orang tua, sudah ada dalam Quran surah Al-Isra ayat 23-24. Dan jika anak sudah punya argumen, ibu punya argumen lain yang dirasa lebih kuat sehingga dapat mengalahkan anaknya dalam perdebatan.

3. Kuno
Khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib r.a. mengatakan, "Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena dia hidup bukan di zamanmu." Dan perkataan ini benar di kehidupan saya.

Saya besar di zaman sekarang, di mana mindset orang jauh lebih terbuka dan modern, sedangkan ada beberapa orang tua yang meninggalkan pola pikirnya di zaman dulu. 

Termasuk pemikiran tentang kesehatan mental. Sebagai anak zaman sekarang yang mengidap social anxiety disorder (gangguan kecemasan sosial) dan mengerti tentang kesehatan mental, saya beranggapan bahwa kecemasan adalah penyakit, bukan perasaan. Namun, pemikir zaman dulu akan beranggapan bahwa kecemasan hanyalah perasaan, dapat hilang dengan sendirinya jika tidak dipikirkan.

4. Pelit
Kadang, seorang ibu tidak memberi anaknya uang jajan mingguan sesuai jumlah yang dia inginkan. Jika toh sesuai, mereka memberinya terkadang lima lembar uang Rp20.000,00 alih-alih satu lembar uang Rp100.000,00. Padahal ini penting, apabila anaknya mau pulang bepergian naik transportasi umum, harus membayar dengan uang kecil agar supirnya tidak marah.

5. Khawatir berlebih tentang kesehatan
Ini yang terjadi pada saya. Saya menderita kelainan kulit yang mana jika saya terkena sinar matahari, di kulit wajah saya akan tumbuh jamur. Saya sudah beberapa kali berkonsultasi ke dokter kulit di rumah sakit di Bandung, namun ketika obatnya habis dan tidak ke dokter lagi, penyakit saya dikhawatirkan bertambah parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun