Memilih Saluran Radio yang Tepat untuk Anak Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim. 

Hari ini, 13 Februari, selalu diperingati sebagai Hari Radio Sedunia. Hari ini diperingati untuk mengapresiasi peran penting radio sebagai alat komunikasi, dan sudah diperingati sejak 2012.

Ditemukan oleh Guglielmo Marconi pada tahun 1901, radio memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai media massa yang menyampaikan pesan, informasi, dan hiburan kepada masyarakat. Radio memanfaatkan gelombang radio untuk menyebarkan informasi dalam bentuk suara (audio).

Di Indonesia, lembaga penyiaran radio nasional kita adalah RRI (Radio Republik Indonesia), yang telah mengudara sejak 11 September 1945, hampir sebulan setelah Indonesia merdeka. Hampir semua kota di Indonesia memiliki stasiun RRI. Di Bandung, stasiun RRI berada tepat di seberang tempat saya bersekolah SMA dulu, yaitu SMA Alfa Centauri. 

Tahun lalu, kita membahas idol K-pop cewek mana sajakah yang dapat menjadi penyiar radio jika mereka siaran di Indonesia. Saya menyebutkan bahwa Jihan dari Weeekly dan Minseo dari WOOAH dapat menjadi penyiar radio Indonesia, karena mereka terkenal bawel (in a good way) dan bisa memanfaatkan bawelnya mereka di bidang siaran. Memang, di antara semua anggota Weeekly, Jihan-lah yang public speaking-nya bagus. Sekarang, kita akan membahas ini. 

Seperti yang kita sering bahas, bayi dilahirkan ke dunia bukan dikirim seekor bangau, melainkan dikandung oleh seorang ibu manusia selama 9 bulan 10 hari. Biasanya, selama dalam kandungan, ibu-ibu yang sedang hamil bisa memperdengarkan musik klasik untuk membantu perkembangan otaknya, meningkatkan kesehatan mentalnya, dan menenangkannya. Musik klasik yang disetel oleh ibu hamil biasanya disetel di radio. 

Seiring dengan pertumbuhkembangannya, manusia tumbuh secara fisik dan mental. Di sinilah dia mengenal musik lewat saluran radio yang dia dengarkan. Bayi belajar dengan sangat cepat. Inilah masa emasnya. 

Namun, jika dia tumbuh sebagai anak Indonesia, dia akan tumbuh sebagai anak yang sangat tidak beruntung. Di negeri ini, tidak ada stasiun radio untuk anak-anak. Semua stasiun radio yang menyajikan musik menyetel lagu bertema cinta. Bahkan cinta erotik semata, jarang sekali lagu Indonesia yang menyetel lagu bertema selain cinta erotik. Sebagai penikmat musik anak Indonesia, sungguh miris saya lihat anak Indonesia berusia semuda 5 tahun harus tumbuh dengan lagu Indonesia bertema cinta, sehingga dia tumbuh dewasa sebelum waktunya. 

Saya berusia 25 tahun. Namun, saya masih suka mendengarkan lagu-lagu anak-anak. Sebut saja lagu-lagu dari artis seperti Sherina Munaf, Tasya, Natasha Chairani, Trio Kwek Kwek, dan semua artis yang ada di kaset album "Ensiklopedia Anak Nusantara". Bahkan saya besar dengan acara Idola Cilik di RCTI, yang menyaksikan peraduan nasib penyanyi cilik usia 7-12 dari seluruh Indonesia untuk memperebutkan gelar juara. Sayangnya, saya tumbuh di era saat Indonesia krisis stasiun radio yang memutarkan lagu anak-anak. 

Bahkan dewasa ini, half the time, stasiun radio menyampaikan informasi yang terlalu berat untuk diterima anak semuda 10 tahun, bahkan 5 tahun. Jadi bayangkan, anak kita masih 5 atau 10 tahun, namun sudah mendengarkan radio dewasa seperti Elshinta FM atau Radio Rodja, yang menyampaikan informasi yang terlalu berat untuk dicerna anak sekecil dia. 

Setiap stasiun radio di Indonesia memiliki target audiens tertentu: ada yang ditujukan untuk remaja dan dewasa muda, seperti Ardan Radio Bandung, Hits UNIKOM Radio Bandung, Gen FM Jakarta, dll. Ada yang ditujukan untuk orang dewasa, eksekutif muda, dan keluarga, seperti Delta FM Jakarta, Indika FM Jakarta, Radio B Bandung, dll. Ada yang menyiarkan berita 24 jam seperti Elshinta FM. Ada yang khusus dakwah keagamaan, seperti MQ FM Bandung, dan hampir semua kota punya Radio Rodja, singkatan dari Radio Dakwah Aswaja.