Kombinasi dari totalitas ethos, pathos dan logos menjadi sebuah formula paripurna untuk dapat mengajak, membangkitkan serta mempersuasi publik secara bersama mengatasi pandemi.
Keputusan perpanjangan PPKM, akan menjadi sebuah hal yang efektif bila bermuara pada hajat publik secara keseluruhan. Tentu kita akan melihatnya nanti di kemudian hari.
Tetapi di hari-hari seperti inilah, mereka yang bertindak sebagai pemangku keputusan, atas apa yang terlihat putus, namun tak jua putus tersebut, para pemimpin perlu memunculkan empati sebagai nilai keutamaan dihadapan publik.
Kekuasaan dan kepemimpinan yang menjadi satu tarikan nafas, seperti Simon Sinek, 2020, Leaders Eat Last, adalah mereka yang berani mengambil jalur pengabdian serta pelayanan dalam kesengsaraan, bukan sebaliknya, yang berbiak tamak justru atas nama kepentingan pribadi.
Leiden is lijden!. Demikian pepatah kuno Belanda, yang menyebut kepemimpinan adalah jalan penuh duri penderitaan, seperti dikutip oleh Mohammad Roem dalam tulisan berjudul "Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita" (Prisma, 1977).
Pemimpin bukan sekedar figur populer yang dikerek dengan citra imajiner melalui poster dan spanduk. Sang pemimpin hadir dengan membangkitkan kepercayaan bersama, menyebar optimisme, menjejak pada suatu tujuan, dengan menanggung seluruh derita.
Pekik lirih merdeka!