Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi dan Bayang Kematian

25 Maret 2021   16:08 Diperbarui: 25 Maret 2021   16:08 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mati! Misteri terbesar dalam kehidupan manusia adalah berpisahnya ruh dari jiwa. Kematian menjadi bagian tidak terpisahkan atas kehidupan, sekaligus hal yang ingin dihindari.

Batas akhir ini tidak dapat dipungkiri,ada kesendirian dikesunyian kematian. Rumah sakit dihadapkan pada berbagai pilihan sulit, menangani pasien tidak ubahnya bersikap sebagai hakim pemberi vonis, meski tidak diinginkan.

Pandemi menciptakan situasi penuh obituari. Kematian semakin sering terdengar. Kabar duka itu mulai datang dari lingkaran terdekat dan mendadak, seakan tercekat. 

Tulisan Sindhunata (Kompas, 19/3) Jeritan Kematian Kala Pandemi, seolah mewakilan kegelisahan tersebut. Bahkan lebih jauh, kritik yang dimunculkan justru hadir manakala ruang politik menjadi kedap untuk urusan keselamatan publik.

Padahal frame keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi -salus populi suprema lex esto, kerap terdengar dan berdengung dimana-mana.

Keselamatan tidak hanya menyoal selamat jiwa dan raga, lebih jauh lagi juga soal ekonomi dan perlindungan atas penghidupannya. Kritik Sindhunata mendapatkan tempatnya manakala hiruk pikuk korupsi dan pilkada justru lebih mencuat dibandingkan upaya-upaya serius mengatasi pandemi.

Sepanjang sejarahnya, persoalan wabah ditandai dengan momentum kebangkitan baru. Termasuk catatan dokumentasi era kolonial, yang menyebutkan kemunculan kaum terdidik pribumi sebagai dokter kesehatan dalam mengatasi wabah pes di Hindia Belanda pada abad 19.

Keberadaan para dokter ini selaras dengan tumbuhnya ruang pelayanan kesehatan di tanah air. Tengok dokumentasi nasionalisme dalam tulisan Hans Pols, Merawat Bangsa, Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia, 2019.

Tidak hanya bertugas mengatasi pertambahan jumlah angka penularan dan kematian. Para dokter pribumi juga mulai berbicara tentang ketidakadilan dan prinsip kesetaraan.

Pasca kemerdekaan, dokter dan rumah sakit menjadi garda terdepan delam mengawal tingkat kesehatan publik. Berbagai rumah sakit dengan latar keagamaan dan berbasis organisasi kemasyarakatan mulai muncul.

Peran swasta hadir, menginisiasi berbagai rumah sakit, ketika negara tidak memiliki kemampuan untuk menjangkau seluruh penduduk secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun