Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Panggung PBB dan Dunia yang Saling Bergantung

30 September 2020   07:51 Diperbarui: 30 September 2020   07:58 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pidato. Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa -PBB ke-75, yang digelar secara virtual, para pemimpin negara-negara di dunia berkesempatan menyampaikan pikiran dan pendapatnya. Tidak terkecuali Presiden RI Joko Widodo -Jokowi, penampilan ini sekaligus merupakan pidato pertamanya pada forum tersebut.

Beberapa pemimpin negara lain seperti Donald Trump -Amerika Serikat dan Xi Jinping -China juga menyampaikan pidatonya. Bukan hanya itu, bahkan Boyband asal Korea -BTS juga mengemukakan suaranya di acara global tersebut. Penting untuk menangkap pesan pidato yang disampaikan oleh para pemimpin tersebut, terutama melihat peta pengaruh dan relasi internasional.

Termasuk, menafsir poin-poin penting yang disampaikan Presiden Jokowi, tidak hanya dalam konteks percaturan hubungan multilateral dunia, tetapi sekaligus melihat implikasi logis dari wacana yang diutarakan pada ruang wilayah domestik. Dunia menjadi semakin terhubung melalui globalisasi dan jaringan internet, tidak bisa dihindari, termasuk konsekuensi pandemi.

Sebagian kalangan di tanah air gegap gempita melihat Presiden Jokowi tampil dalam video yang ditayangkan di New York pada rapat virtual PBB tersebut. Bahkan melalui tanda pagar yang bergema di sosial media, mengusulkan Jokowi untuk menjadi the next Sekjen PBB. Tentu perlu dipertimbangkan. Tetapi hal terpentingnya, tetap terletak pada materi yang dibawakan Jokowi dalam video pidato berdurasi sekitar 10 menit itu.

Kepentingan Bersama

Imajinasi keberadaan sebuah badan dunia, seperti PBB yang ditujukan untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di dunia, merupakan tujuan bersama. Dan dalam hal itu, Jokowi memandang peran kelembagaan yang dimainkan oleh PBB belum benar-benar sampai pada maksud tersebut. 

Diantaranya terkait isu Palestina. Diktum politik luar negeri bebas aktif, menjadikan Indonesia menjadi bridge builder yang menyelaraskan pada tujuan terciptanya perdamaian, ketentraman dan kesejahteraan bersama sebagai warga dunia. Prinsip yang disampaikan Jokowi menjadi menarik, no one, no country should be left behind, jangan sampai ada yang tertinggal.

Karena itu, PBB memerlukan reformasi dan revitalisasi. Sulit membayangkan sebuah organisasi yang menggunakan label atas nama dunia, yang dibentuk pasca perang dunia kedua itu bebas dari kepentingan tertentu. Terlebih tekanan dari negara maju dan adidaya, memang seharusnya lembaga PBB secara ideal melepaskan diri serta terbebas dari intervensi. 

Bila berkaca pada rivalitas Trump dan Jinping, representasi dua negara superpower, terlihat bagaimana upaya masing-masing dalam menguatkan posisi dan peran serta pengaruh di tingkat dunia. Pun menggunakan panggung PBB, sebagai medium berkonflik. Bila hal itu tidak bisa dijembatani dengan baik, bukan tidak mungkin seperti kata pepatah, gajah saling bertarung, pelanduk mati di tengah-tengah.

Seruan membangun kolaborasi dan bukan hegemoni, adalah anjuran yang masuk dalam logika membangun perdamaian dunia. Selain itu ajakan menguatkan solidaritas lebih dari sekedar mempertunjukan superioritas, mengandaikan kesetaraan dan kesejajaran posisi antar negara, bukan dalam posisi yang asimetris. Sikap dalam pidato Jokowi tersebut seolah meneruskan pesan untuk menjadi penyeimbang dunia, melalui corak pandangan non blok dalam konferensi Asia Afrika.

Menuntaskan Pandemi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun