Tentu karena sebuah brand berharap kelanggengan produk, yang diperoleh melalui pemekaran lapisan end user alias konsumen. Dengan begitu, maka target pemasaran yang dituju bukan saja pada pengguna produk, tetapi kepada khalayak yang belum terpapar informasi produk tersebut.Â
Hal ini menjelaskan mengapa sebuah pusat permainan anak-anak di Ibukota, dengan bentuk mendekatkan profesi kerja dan cita-cita, kemudian memberikan ruang bagi brand untuk melakukan promosi.
Pemilik merek harus membayar sejumlah biaya agar brand yang dimilikinya terpampang di berbagai center permainan anak tersebut. Seberapa strategisnya hal itu? Kalkulasinya terletak pada edukasi lapisan dini konsumen, sebuah investasi pemasaran bagi produk.
Apa yang salah dalam pesan sponsor? Bukankah ada mekanisme mutualisme antara sponsor dan kegiatan? Menggunakan perangkat pertanyaan tersebut, kita justru dapat memahami bahwa ada kepentingan yang terdapat melalui kegiatan bersponsor.
Dalam bisnis kita mengenal, "there is no free lunch", tujuannya jelas hitungan ekonomi. Sekalipun program aktivitasnya CSR, yang akan dituju adalah ekspose publik, positive branding ataupun brand awareness.
Lantas ilustrasikan logo produk di kaos pemain bola alias jersey, atau deretan merek di badan mobil formula satu. Lihat pemasangan atribut iklan produk di sepanjang lapangan olahraga saat pertandingan siaran langsung.Â
Meski dalam spot terbatas tetapi ekspose publik adalah target yang disasar, begitulah cara sebuah brand mulai bekerja di benak pemirsa.
Berbekal hal tersebut, maka menjadi dapat dipahami maksud dan tujuan KPAI. Meski bila kemudian didorong untuk melakukan penghentian audisi talenta olahraga juga bukan hal yang tepat sepenuhnya.Â
Koreksi model bentuk dan format sponsorship yang perlu diperjelas. Mengapa? Karena memang sesuai aturan terkait produk tembakau, ruang eksposenya semakin dibatasi sebagai konsekuensi dari dampak kesehatan yang dihasilkan.
Rokok dan Konspirasi
Bukankah PB Djarum berbeda dari PT Djarum? Dalam kajian merek maka entitas yang berbeda tidak mengaburkan esensi, pada bahasa pemasaran termasuk kategori diversifikasi. Jadi, ya dua mata sisi uang dari keping logam yang sama. Semua mafhum.Â
Lebih jauh lagi, Djarum Group juga pemilik konglomerasi besar dengan berbagai portofolio bisnis.Â