Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memaknai Tingkat Kepuasan dan Potensi Keterpilihan

23 Oktober 2018   02:07 Diperbarui: 23 Oktober 2018   02:08 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fluktuatif! Hasil pengukuran Kompas (22/10) atas kepuasan publik pada kinerja pemerintah mengalami situasi pasang surut dalam rentang 60-70% dari waktu ke waktu. Bahkan jika dilakukan komparasi pada tahun terakhir, dengan pengukuran April-Oktober 2018 dibandingkan hasil survei pada 2017, justru mengalami penurunan.

Perlu diwaspadai dengan cermat hasil kajian tersebut, baik bagi kubu petahana maupun pihak penanding dalam kontestasi politik di tahun mendatang. Jika merujuk angka, maka pada pencapaian periode April-Oktober 2018 terjadi koreksi angka kepuasan secara dalam dari 72.2 menjadi 65.3%. Padahal ditahun sebelumnya, angka kepuasan kinerja pemerintah pada April-Oktober 2017, justru mengalami kenaikan dari 63.1 ke 70.8%.

Gelagat dalam indikator penelitian ini perlu dibaca dengan jelas, agar para pihak mampu melakukan persiapan yang matang menghadapi kurun waktu kampanye yang telah menjelang, sekaligus mampu memahami hal ini dalam konteks substansi.Pertama; kajian statistik adalah bentuk pendekatan kuantitatif untuk dapat merefleksikan perilaku publik. Kedua validitas dan reliabilitas dari sebuah penelitian sangat bergantung pada metode dan pola pengambilan sampel. Ketiga;interpretasi atas data yang berbentuk angka dapat multitafsir, meski secara riil, hasil tersebut dapat menjadi titik evaluasi pada survei tersebut terbilang penting dalam memahami pemilih.

Lebih jauh lagi, masih terdapat sekurangnya enam bulan ke depan yang dapat dimanfaatkan untuk kembali mendongkrak angka kepuasan publik tersebut. Meski secara riil pasangan petahana akan mengalami perubahan susunan paket pasangan pada waktu tahun pemilihan mendatang, tetapi penilaian atas kinerja pemerintahan Jokowi yang saat ini diukur bersama JK, menjadi acuan atas representasi prestasi kandidat petahana. Sehingga nilai kepuasan pemerintahan saat ini, akan melekat pada persepsi individual, yakni Jokowi selaku petahana yang kembali masuk gelanggang pemilihan.

Pemahaman Berbasis Data

Apa maknanya? bagi kelompok pengusung dan pendukung Jokowi-KH Maruf, sudah barang tentu harus mulai berfokus serta menitikberatkan pada persoalan yang dianggap titik terlemah, tentu saja kombinasinya bisa banyak model, tetapi menampilkan kekuatan dan pencapaian keberhasilan semata akan memberi ruang kosong bagi argument atas hal-hal yang dianggap sebagai kelemahan petahana, selakuincumbent pasangan Jokowi-KH Maruf bisa menyusun strategi baru dititik yangkedodoran. Survei ini mentransmisikan sinyal kewaspadaan yang harus dihadapi kubu petahana.

Keuntungan posisi bagi kandidat penanding dalam hal ini adalah melihat point-point yang dapat dijadikan sebagai titik masuk untuk menawarkan alternatif program, yang berbeda dari apa yang telah dikerjakan oleh petahana. Untuk kubu oposisi penanding kontestasi, hasil survei Kompas, adalah sinyalemen atas peluang serta harapan. Jelas bahwa rilis Kompas (22/10) terkait hasil survei nilai kepuasan publik atas kinerja pemerintah, memberikan ilustrasi menarik bagi parapihak, baik kubu incumbent yang akan maju kembali, maupun bagi kelompok pesaing dalam kontestasi Pilpres 2019.

Angka itu berbicara dalam pemaknaan publik yang sangat mungkin dikelola sebagai diskursus untuk mempengaruhi opini publik. Studi efek media massa, memberikan gambaran bahwa respon atas hasil survei dapat berupa; pertama: audiens bisa bersikap antipasti, khususnya bagi kelompok yang memiliki preferensi pilihan berbeda, ataukedua: dapat membulatkan dukungan. terutama jika berasosiasi yang sama, serta dapat pula ketiga: beralih pilihan jika ada dasar-dasar rasionalitas yang didapat melalui media massa, hasil pertarungan wacana atas temuan survei tersebut.

Pada hakikatnya, survei merupakan alat ukur ilmiah yang berbasiskan data, dengan melihat kecenderungan perilaku. Tetapi, perlu dipahami bahwa kajian mengenai perilaku tidak bersifat statis, bahkan sangat dinamis seauai dengan situasi dan kondisi aktual yang dihadapi. Titik pemahaman atas data dan fakta berbentuk angka tersebut, tentu berangkat dari posisi politik awal. Penurunan tingkat kepuasan adalah sebuah persoalan penting, merupakan indikasi atas insight -isi kepala publik.

Kebisuan Ketidakpuasan

Dalam sebuah survei, akan selalu terdapat potensi kesalahan yang diperoleh melalui teknik statistik dimunculkan pada nilaimargin error. Sekalilagi, perilaku manusia tidak dapat diasumsikan ajeg dan tidak berubah. Paparan informasi secara terus menerus, secara persuasif dimungkinkan untuk dapat mempengaruhi persepsi, mulai dari pikiran, perasaan hingga tindakan publik. Meski masih dalam trend kepuasan publik yang terjaga tinggi, yakni diatas 60%, perlu diperdalam aspek studi persepsi publik yang membuat terjadinya nilai penurunan, tidak bisa diabaikan sepintas lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun