Apakah Anda merasa nyaman dengan pramuniaga pada sebuah outlet ritel? Pernah berhadapan dengan salesman asuransi atau multilevel marketing?.
Setidaknya 65% merasa risih dengn kehadiran tenaga penjual, dan sekitar 70% tidak mendapatkan informasi yang menarik selama ekspose asuransi ataupun multilevel marketing.
Sementara itu, kasus kehilangan pelanggan dikontribusi 90% karena harga dan 72% diakibatkan oleh rendahnya responsifitas penjual.
Angka-angka tersebut jelas merupakan anomali, pada satu sisi perilaku manusia menunjukkan kehendaknya untuk bebas dari instruksi penjual, tetapi disisi lain konsumen membutuhkan respon layanan yang cepat, bila tidak ingin berpindah ke pesaing lain.
Kerap kali jembatan yang dibuat para penjual adalah manipulatif, menuju terjadinya transaksi.
Pelajaran dari FirstTravel dengan buaian harga termurah, Koperasi Pandawa melalui tawaran imbal hasil investasi nan tinggi diluar kewajaran, hingga Kanjeng Dimas yang dapat menggandakan kekayaan diluar batas nalar adalah bentuk penyimpangan dari kemampuan menjual yang manipulatif dengan mengetahui karakter dasar manusia yang selalu ingin berlebihan.
Padahal penjual, sesungguhnya hanya perlu lebih lama mendengarkan kebutuhan pelanggan untuk dapat merumuskan solusi yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria dan list produk yang dimiliki.
Dalam etika penjual, berbual tanpa fakta adalah kebohongan, sehingga pengetahuan akan kehandalan produk adalah sebuah kewajiban dasar. Termasuk menemukan keunggulan spesifik dibanding pesaing.
Penjual harus mengilustrasikan dirinya dalam frame konsumen, sehingga tidak mencecar tanpa lelah konsumen dengan keterangan produk semata tetapi bersimpati dan memberi solusi bagi kebutuhan konsumen itu sendiri.
Banyak sudah varian penjualan yang dilatih, bahkan dengan menggunakan pendekatan hipnoselling sekalipun telah banyak dikemukakan.
Pada esensi terdalam, penjualan hanya akan terjadi ketika penjual mampu memahami kebutuhan terpenting yang diinginkan konsumen secara kreatif.
Selamat berjualan!