Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenangan-Ku pada sebuah Masa Indah

10 Desember 2014   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:37 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak bisa dipungkiri, masa kecil adalah periode yang menyenangkan. Bagi saya yang tumbuh dan besar disebuah daerah perkebunan singkong disebuah lokasi di Lampung memang mengguratkan bekas tersendiri yang tidak bisa terlupakan. Meski dalam segala keterbatasan, namun segalanya nampak riang dijalani, ya, masa kanak-kanak hanya diisi dunia canda tawa dan bermain tanpa sedih dan kesusahan.

Lekang dalam ingatan, sinar matahari menyapa bumi dipagi hari, disertai dengan hijau tanamanan singkong yang menunggu panen untuk dijadikan sebagai tepung tapioka. Alur tanah yang tersusun dalam baris tanam dikebun singkong kerapkali menjadi tempat bermain bagi kami. Bahkan menjelang berangkat sekolah adalah periode yang dinanti, karena bersua dengan rekan sepermainan.

Kami harus menunggu jemputan untuk hantran sekolah, dan semua lokasi diperkebunan besar tersebut memiliki sarana bus sekolah yakni truk pengangkut singkong. Tanpa berkeluh kesah, setiap kami harus naik kedalam bak truk dengan meniti pintunya yang dibuka dan tambahan modifikasi tangga sebagai alat untuk adik kecil yang sulit memanjat dinding truk, namun senyum tetap mengiringi.

Sekolah kecil kami, adalah lapangan luas bagi kehendak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan tentu saja bermain dengan seluruh teman. Ada waktu dimana kami dikerahkan untuk membersihkan sekolah secara berkala, menyapu hingga menge-pel dan merapikan meja bukanlah beban melainkan sebuah kesenangan yang tidak terkira. Sebagian akan menimba air disumur, sebagian lagi mulai menyapu dan sisanya bersiap menge-pel lantai dengan terlebih dahulu membersihkan jendela sekolah.

Ah, kenangan itu sungguh kuat, para guru mempersiapkan susu gratis yang hangat sebagai tambahan gizi kami, maklum saja karena rerata kami adalah anak pekerja pabrik perkebunan singkong yang tidaklah seberapa bergaji. Namun satu yang sangat teringat dalam memori adalah semangat untuk mencari ilmu tidaklah surut kami dalami, persis Laskar Pelangi dengan setting latar yang berbeda.

Kekurangan bukanlah kepedihan, kesulita bukanlah keluh kesah, dalam semangat layaknya anak-anak kami memaknai hari dan kehidupan dengan keindahan dan senyuman bahkan riang tawa. Sesekali kami memanen hasil berkebun dibelakang sekolah, seperti ubi jalar, jagung dan singkong manis sebagai hasil bercocok tanam, sebagian diserahkan kepada penjaga sekolah pun sekaligus bagi para guru, sebahagian lainnya dinikmati bersama bagi seluruh murid, oh nikmatnya.

Berkemah, memancing dan api unggun adalah kegiatan rutin setiap tahun, dan sudah pasti tempatnya ada didalam areal perkebunan milik perusahaan yang amat luas tersebut. Termasuk dalam teitori milik perusahaan adalah hutan dan sungai yang melintasinya, dan kami kerap berkemah dilokasi tersebut, diselingi dengan memancing ikan Gabus serta Baung yang akan dijadikan sebagai santapan perkemahan, diacara puncak api unggun dimalam hari, sungguh ku merindu suara gemercik air sungai.

Sudah lebih dua dekade lamanya, masa indah itu berlalu, oh sungguh ku harap suatu saat nanti akan ada kesempatan yang terbuka untuk dapat melakukan napak tilas dalam kehidupan kesejarahan ku dimasa lalu, bahwa apa yang membentuk diriku hari ini adalah bagian dari pengalaman dimasa kanak-kanak yang ku jalani dengan riang gembira bersama seluruh teman, kerabat dan tetangga.

Jauh di Ibukota, kini kehidupan pengembaraan itu telah bertransformasi. Namun hening suasana kala mengingat kembali masa tersebut adalah sebuah kenangan akan keindahan masa kecil yang sulit dilupakan, oh kawan dimana kini kau berada? Meski sebagian kecil masih dapat berinteraksi dengan kecanggihan teknologi, namun momentum memori secara langsung jelas lekat terpatri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun