Mohon tunggu...
Yudha Yanesa
Yudha Yanesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pelajaran dari Krisis Kependudukan, Ekonomi, Krisis Sosial hingga Stagnasi Ekonomi Jepang

16 Februari 2024   07:30 Diperbarui: 16 Februari 2024   09:11 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jepang, sebuah negara yang sering dianggap sebagai negara maju dengan kekayaan sejarah, budaya, dan teknologi yang luar biasa. Namun, di balik citra gemilang tersebut, Jepang juga menghadapi sejumlah masalah ekonomi yang cukup kompleks dan mengancam masa depannya. Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga masalah utama yang sedang dihadapi oleh Jepang, yaitu krisis kependudukan, krisis sosial-ekonomi, dan stagnasi ekonomi.

Krisis Kependudukan
Selama beberapa dekade terakhir, Jepang mengalami penurunan populasi yang signifikan akibat dari turunnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah lansia. Angka kelahiran yang terus menurun menjadi salah satu masalah utama, dengan hanya 800.000 bayi yang lahir pada tahun 2022, dibandingkan dengan 2 juta bayi pada tahun 1973. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk yang meninggal melebihi jumlah penduduk yang lahir, mengakibatkan penurunan populasi yang drastis. Untuk mempertahankan jumlah populasi, setiap perempuan di Jepang idealnya harus memiliki dua anak, namun kenyataannya rasio kelahiran hanya 1,3 bayi per perempuan. Dampak dari krisis kependudukan ini sangat luas, termasuk penutupan sekolah, rumah yang terbengkalai, dan bahkan penjualan popok yang lebih banyak untuk lansia daripada bayi. Jika tren ini terus berlanjut, Jepang dapat menghadapi kepunahan dalam beberapa abad mendatang.

Krisis Sosial-Ekonomi
Kaum muda di Jepang menghadapi berbagai masalah sosial yang kompleks, yang membuat mereka pesimis terhadap masa depan dan enggan untuk membentuk keluarga atau memiliki anak. Salah satu masalah utama adalah ekspektasi sosial dan budaya kerja yang ekstrem di Jepang. Budaya kerja yang menekankan pengabdian dan kesetiaan, serta tekanan untuk mencapai kesuksesan dalam karir, telah menyebabkan tingkat depresi yang tinggi di kalangan kaum muda. Budaya senioritas yang kuat juga menghambat kemajuan karir kaum muda, sementara ekspektasi untuk bekerja keras dan menahan tekanan kerja ekstrem telah menyebabkan fenomena karoshi atau kematian mendadak akibat kelelahan kerja.

Stagnasi Ekonomi
Setelah mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa pada tahun 1970-an dan 1980-an, Jepang menghadapi stagnasi ekonomi yang serius. Krisis ekonomi pada tahun 1990-an mengakibatkan kehancuran pasar saham Jepang dan trauma yang mendalam bagi masyarakatnya. Sejak itu, masyarakat Jepang cenderung untuk berhemat dan enggan berinvestasi, yang berdampak pada penurunan konsumsi dan stagnasi ekonomi. Meskipun Bank Sentral Jepang telah berupaya menurunkan suku bunga untuk mendorong konsumsi dan bisnis, upaya tersebut belum berhasil karena tingkat kebijakan moneter yang gagal dan penolakan masyarakat untuk mengambil risiko ekonomi.


Kondisi ekonomi Jepang menghadapi tantangan yang serius yang mengancam masa depan negara ini. Dengan krisis kependudukan, krisis sosial-ekonomi, dan stagnasi ekonomi yang terus berlanjut, dibutuhkan langkah-langkah yang bijaksana dari pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Pelajaran yang dapat diambil dari kondisi ekonomi Jepang adalah pentingnya kebijakan yang memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan untuk memastikan masa depan yang stabil dan berkelanjutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun