David Glance, direktur Pusat untuk Perangkat Lunak Praktis Universitas Western Australia, menyebutkan bahwa banyak perusahaan di dunia memperjual-belikan data-data penggunanya. "Tujuannya untuk membuat kesimpulan dan keputusan yang mempengaruhi terbukanya kesempatan bagi kita dan hidup kita," ungkap David dalam Theconversation.com.
Sekilas, lanjut David, data-data tersebut aman dan tidak berbahaya. Namun, data-data tersebut bisa memperlihatkan informasi yang sensitif, seperti: etnis, tingkat pendapatan, capaian pendidikan, status pernikahan, bahkan komposisi keluarga. Bagi perusahaan, tentu tujuannya adalah keuntungan melalui iklan sesuai target dan layanan yang dipersonalisasi.
Bagi pengguna, tandas psikolog yang telah bekerja selama 20 tahun di bidang industri perangkat lunak ini, data-data tersebut berpontesi untuk mempengaruhi kehidupan nyatanya. David memperingatkan bahwa data media sosial mulai digunakan untuk menghitung kelayakan kredit yang berdampak langsung pada biaya dan suku bunga secara spesifik untuk masing-masing orang.
"Ponsel adalah alat pengintai yang efektif dan semua orang bisa terpapar resikonya," David mengingatkan di akhir tulisannya. Menurutnya, pengguna tidak bisa mengantisipasi dan mendeteksi cara data-data ponsel tersebut dikumpulkan dan digunakan. "Dan apa yang kita ketahui mungkin baru permulaan saja," tutupnya.***