Mohon tunggu...
Yudha Prawira
Yudha Prawira Mohon Tunggu... Penulis - Bersyukur dan ikhlas

Mahasiswa sosial ekonomi pertanian

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ranu Kumbolo (2D1N)

17 Agustus 2019   12:30 Diperbarui: 27 Agustus 2019   00:25 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diatas awan, di puncak tertinggi Pulau Jawa.

5 sahabat.

2 cinta.

Sebuah mimpi.

Mengubah segalanya.

---

Siapa yang masih ingat dengan film tentang mendaki gunung yang meraih lebih dari 2 juta penonton pada 2012 silam? ya, 5 cm.

Film yang berlatar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tersebut mengangkat keindahan track jalur pendakian menuju puncak tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru.

Jujur saya mulai tertarik untuk mendaki gunung setelah menonton film yang dibintangi Pevita Pearce itu. Saya baru berhasil menjajaki TNBTS pada akhir perkuliahan saya di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Setelah 4 tahun berada di kota paling dekat menuju Semeru, Malang. Itupun tak sampai puncaknya. Hanya sampai camping ground, Ranu Kumbolo. Maafkan.

Baik saya akan berbagi cerita perjalanan saya dari Malang ke Ranu Kumbolo yang saya tempuh selama 2 hari 1 malam.

Musim mendaki biasanya dimulai setelah awan mendung lama tak nampak pada langit bumi Jawa Timur. Umumnya Bulan Juli.

Rombongan kami total berjumlah 18 orang. 11 laki-laki dan 7 perempuan. Kami berangkat dengan mengendarakan sepeda motor. 9 motor, 2 motor kopling, sisanya bebek (sebaiknya usahakan menggunakan motor kopling). Masing-masing membonceng satu kawan ditambah carrier.

Kami mulai berangkat jam 8 pagi dari rumah salah satu kawan yang kebetulan kera asli ngalam di daerah Bunulrejo, Kecamatan Blimbing. 

Perjalanan kami tempuh dalam tempo kurang lebih 3 jam. Dari Bunulrejo menuju Sawojajar, lanjut ke Jl. Madyopuro. Terus meluncur ke arah Timur sampai pasar Tumpang. Dari Tumpang, jalan mulai menanjak melewati Desa Gubuklakah sampai ke Desa paling dekat dengan Gunung Semeru, Ranu Pani.

Ranu sebenarnya adalah bahasa setempat untuk danau. Total ada tiga danau yang berada di kawasan TNBTS. Ranu Pani yang merupakan pintu masuk pendakian, Ranu Regulo, dan tentu yang paling terkenal dengan Tanjakan Cinta-nya, Ranu Kumbolo.

Motor kami parkir di Desa Ranu Pani. Biayanya Rp 5.000 per motor per hari. Antrian cukup panjang di loket pendaftaran. Ternyata listrik mati! Satu desa! Alamak! Padahal ada dokumen yang harus difotokopi. Alhasil para calon pendaki terlantar sementara menunggu datangnya listrik.

Sembari menunggu, saya membeli nasi bungkus. Isi tahu, tempe, telur. Harga cukup Rp 10.000. Lumayan. Kebetulan jam juga sudah menunjukkan pukul 12 siang yang artinya..

Sudah masuk duhur.

Dan waktu makan siang.

Sehabis makan saya sholat sambil berdoa supaya peradaban (baca:listrik) kembali datang ke Desa setinggi 2.000 mdpl ini.

Alhamdulillah. Listrik betul nyala lagi.

Setelah menyelesaikan proses administrasi, diadakan briefing. Apa yang boleh, apa yang tidak boleh. Intinya luruskan niat kita datang menikmati alam. Jangan merusak hak orang lain untuk juga ikut menikmati keindahan alam tersebut.

Desa Ranu Pani. Foto atas: Sunrise di Ranu Kumbolo.
Desa Ranu Pani. Foto atas: Sunrise di Ranu Kumbolo.
Briefing sebelum memulai pendakian.
Briefing sebelum memulai pendakian.

Jam 1 tet pendakian dimulai. Dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo ada 3 pos yang akan dilalui. Menuju pos 1 memakan waktu sekitar 1 jam. Pos 1 ke Pos 2 saya rasa paling dekat. Sekitar 40 menit. Pos 2 - Pos 3 kurang lebih 1 jam. Pos 3 ke Ranu Kumbolo juga 1 jam. Total perjalanan naik normal 4 jam. Ditambah istirahatnya.

Dag dig dug, jantung saya berdebar cukup kencang di awal pendakian. Awal jalur menuju pos 1 cukup menanjak. Debu-debu vulkanis berterbangan seiring jejak langkah para pendaki. Saya mengatasinya dengan masker di wajah.

Entah mengapa saat mendaki saya merasa orang-orang tiba-tiba menjadi ramah. Murah senyum. Murah sapa. Indahnya.

Sampai di Pos 1 saya istirahat sambil memesan segelas kopi hitam. Ditambah gorengan. Ditambah semangka manis yang banyak airnya. Segar.

Nikmatnya.

Salah satu ketakutan utama para pendaki adalah saat tiba-tiba datang panggilan alam (baca:mules). Jangan takut. Jangan bimbang. Karena sesampainya di Pos 2 tersedia toilet. Airnya dingin. Namanya diatas gunung. Cukup bayar Rp 5.000. Kepanikan pun hilang.

Pos 1.
Pos 1.
Pos 3 saya lalui tanpa istirahat. Kebetulan saya bertugas membawa carrier yang berisikan tenda. Sehingga harus sampai lebih dulu. Mendirikan tenda. Keburu gelap.

Sepanjang perjalanan jika beruntung kita dapat melihat kawanan lutung sedang mencari makan. Ya, jalur pendakian Gunung Semeru merupakan habitat bagi beberapa jenis satwa liar. Termasuk yang dilindungi. Kera, lutung, berbagai jenis burung, dan leopard. Ya, jika beruntung sudara juga bisa melihat leopard. Jika tidak sedang lapar.

40 menit dari Pos 3 aroma danau mulai tercium. Ini dia. Yang dinanti-nanti. Peluh kesah sekejap hilang. Capek dan pegal-pegal terbayarkan sudah. Rasanya tenaga terisi kembali. Keindahan itu melenyapkan segala kesukaran. Senang rasanya.

Saya mempercepat langkah karena sang surya mulai sirna. Carrier saya rubuhkan. Tenda kami dirikan. Cukup banyak juga pendaki sore itu. Ada akang-akang yang jauh-jauh datang dari Bandung. Kami mendirikan tenda di belakang mereka.

Habis terang, terbitlah gelap. Dingin yang menusuk. Jujur saya kedinginan. Saya salah tidak membawa kaos kaki lebih. Satu tidak cukup. Dingin itu tetap menusuk.

Di Ranu Kumbolo ada penjual kopi instan. Mie goreng juga ada. Toilet mushola juga ada. Salah satu penjual menyalakan api unggun. Saya mendekat. Saya tidak tahan dinginnya. Tapi api itu tidak menghangatkan. Tetap dingin. Saya dekatkan tangan. Masih dingin. Saya dekatkan lagi. Tangan saya kepanasan.

Cuaca begitu ekstrim diatas gunung. Siang yang menyengat. Malam yang menusuk. Saya yang kedinginan memutuskan untuk langsung tidur. Sementara kawan lain ada yang asyik mengobrol, bermain UNO, sampai melihat bintang gemintang.

Pagi hari di Ranu Kumbolo adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Waktunya berswa-foto ria. Mulai menghadap danau, menghadap Tanjakan Cinta, diatas bukit, menghadap matahari, membelakanginya, diatas padang rerumputan. Foto backlight, silouette, candid semua kami coba.

Setelah puas berfoto, kami pun bagi tugas. Yang perempuan memasak sarapan. Yang laki-laki menghabiskan. Heuheu. Yang laki-laki membersihkan maksud saya. Makanannya.

Camping ground Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta.
Camping ground Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta.

Selamat pagi Ranu Kumbolo.
Selamat pagi Ranu Kumbolo.

Kami tidak bisa berlama-lama karena ada barang sewaan yang harus segera dikembalikan. Pukul 10 kami sudah berkemas untuk turun. Badan lengket penuh debu bukan alasan untuk bermalas-malasan. Laki-laki membereskan tenda. Yang perempuan jalan duluan. Walaupun akhirnya tersalip juga.

Perjalanan turun relatif lebih ringan. Juga lebih cepat. Namun harus tetap hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya menghitung jalan turun sekitar 3,5 jam. Lebih cepat setengah jam. Sampah kami kumpulkan dalam satu trash bag besar untuk dibawa turun. Ini penting. Karena tidak ada petugas sampah diatas gunung.

Sampai di bawah sekitar jam 2 siang. Kami ishoma sekitar 1 jam. Lalu akhirnya pulang ke Malang dengan hati bahagia dan pengalaman akhir perkuliahan yang menyenangkan.

Mendaki adalah menaklukan diri sendiri.
Mendaki adalah menaklukan diri sendiri.

Ranu Kumbolo cukup nyaman untuk pendaki pemula menurut saya. Banyak kawan saya yang juga baru pertama kali mendaki gunung. Fasilitasnya lengkap. Toilet banyak. bahkan di Rakum-nya pun ada. Mushola ada. Warung dengan makanan minuman yang menurut saya tidak terlalu mahal. (ingat ini diatas ketinggian 2.000 mdpl). Jalurnya cukup jelas, ada asuransi (sampai Ranu Kumbolo), dan ada tim SAR yang berjaga.

Agendakan liburan sudara ke TNBTS. Alam Jawa Timur terlalu indah untuk dilewatkan. Lepaskan sejenak riuh ramainya kota. Mari sejenak bersyukur dan merasakan nikmatnya bercinta dengan alam. Salam. (Yudha Prawira)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun