Mohon tunggu...
Yudha Prawira
Yudha Prawira Mohon Tunggu... Penulis - Bersyukur dan ikhlas

Mahasiswa sosial ekonomi pertanian

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ranu Kumbolo (2D1N)

17 Agustus 2019   12:30 Diperbarui: 27 Agustus 2019   00:25 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mempercepat langkah karena sang surya mulai sirna. Carrier saya rubuhkan. Tenda kami dirikan. Cukup banyak juga pendaki sore itu. Ada akang-akang yang jauh-jauh datang dari Bandung. Kami mendirikan tenda di belakang mereka.

Habis terang, terbitlah gelap. Dingin yang menusuk. Jujur saya kedinginan. Saya salah tidak membawa kaos kaki lebih. Satu tidak cukup. Dingin itu tetap menusuk.

Di Ranu Kumbolo ada penjual kopi instan. Mie goreng juga ada. Toilet mushola juga ada. Salah satu penjual menyalakan api unggun. Saya mendekat. Saya tidak tahan dinginnya. Tapi api itu tidak menghangatkan. Tetap dingin. Saya dekatkan tangan. Masih dingin. Saya dekatkan lagi. Tangan saya kepanasan.

Cuaca begitu ekstrim diatas gunung. Siang yang menyengat. Malam yang menusuk. Saya yang kedinginan memutuskan untuk langsung tidur. Sementara kawan lain ada yang asyik mengobrol, bermain UNO, sampai melihat bintang gemintang.

Pagi hari di Ranu Kumbolo adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Waktunya berswa-foto ria. Mulai menghadap danau, menghadap Tanjakan Cinta, diatas bukit, menghadap matahari, membelakanginya, diatas padang rerumputan. Foto backlight, silouette, candid semua kami coba.

Setelah puas berfoto, kami pun bagi tugas. Yang perempuan memasak sarapan. Yang laki-laki menghabiskan. Heuheu. Yang laki-laki membersihkan maksud saya. Makanannya.

Camping ground Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta.
Camping ground Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta.

Selamat pagi Ranu Kumbolo.
Selamat pagi Ranu Kumbolo.

Kami tidak bisa berlama-lama karena ada barang sewaan yang harus segera dikembalikan. Pukul 10 kami sudah berkemas untuk turun. Badan lengket penuh debu bukan alasan untuk bermalas-malasan. Laki-laki membereskan tenda. Yang perempuan jalan duluan. Walaupun akhirnya tersalip juga.

Perjalanan turun relatif lebih ringan. Juga lebih cepat. Namun harus tetap hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya menghitung jalan turun sekitar 3,5 jam. Lebih cepat setengah jam. Sampah kami kumpulkan dalam satu trash bag besar untuk dibawa turun. Ini penting. Karena tidak ada petugas sampah diatas gunung.

Sampai di bawah sekitar jam 2 siang. Kami ishoma sekitar 1 jam. Lalu akhirnya pulang ke Malang dengan hati bahagia dan pengalaman akhir perkuliahan yang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun