Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan, Politik dan Keterbukaan Informasi Publik

Akademisi dan aktivis keterbukaan informasi publik. Tenaga Ahli Komisi Informasi (KI) Prov Jabar, mantan Komisioner KPU Kab Bandung dan KI Prov Jabar. Alumni IAIN Bandung dan S2 IKom Unpad ini juga seorang mediator bersertifikat, legal drafter dan penulis di media lokal dan nasional. Aktif di ICMI, Muhammadiyah, dan 'Aisyiyah Jabar. Aktifis Persma "Suaka" 1993-1999. Kini sedang menempuh S3 SAA Prodi Media dan Agama di UIN SGD Bandung. Menulis sebagai bentuk advokasi literasi kritis terhadap amnesia sosial, kontrol publik, dan komitmen terhadap transparansi, partisipasi publik, dan demokrasi yang substantif.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencuci Sekaligus Me Time: Gaya Hidup Baru Warga Bandung di Laundry Self Service

8 Oktober 2025   20:00 Diperbarui: 8 Oktober 2025   18:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, kota yang selalu bergerak cepat. Di antara padatnya aktivitas kuliah, kerja, dan hiruk pikuk kota kreatif ini, ada satu kebiasaan baru yang diam-diam tumbuh subur: mencuci pakaian sambil menikmati waktu luang. Bukan di rumah, bukan pula di laundry konvensional, melainkan di laundry self service,  sebuah tren urban yang kini menjadi bagian dari gaya hidup modern warga Bandung.

Di tengah ritme kehidupan kota yang serbacepat, aktivitas rumah tangga seperti mencuci pakaian sering kali menjadi pekerjaan yang memakan waktu. Namun, di Bandung, sebuah tren baru pelan tapi pasti mengubah cara masyarakat merawat pakaian mereka: laundry self-service. Bukan sekadar tempat mencuci, banyak laundry kini menghadirkan "wash life balance" : konsep inovatif yang menggabungkan efisiensi, kenyamanan, dan pengalaman sosial dalam satu ruang.

Laundry self-service, atau sering disebut laundry koin, memungkinkan pelanggan mencuci dan mengeringkan pakaiannya secara mandiri tanpa bergantung pada petugas. Hanya dengan memasukkan koin, token, atau melakukan pembayaran melalui aplikasi digital, proses mencuci bisa dimulai dan selesai dalam waktu kurang dari dua jam.

Suasana nan nyaman di salah satu laundry self-service (Sumber:DokPri Yudaningsih)
Suasana nan nyaman di salah satu laundry self-service (Sumber:DokPri Yudaningsih)

Tidak hanya efisien, konsep ini juga menjawab keresahan masyarakat urban akan transparansi dan kepercayaan. Pelanggan mengontrol sendiri seluruh proses pencucian: mulai dari deterjen, suhu air, hingga pengeringan. Bagi banyak orang, ini bukan sekadar efisiensi, tetapi juga rasa aman.

Di kawasan Bandung, minat terhadap model self-service meningkat signifikan, terutama di sekitar area kampus dan perumahan padat. Sejumlah pelaku usaha lokal melihat peluang ini sebagai gerbang inovasi bisnis. Salah satunya adalah CuciKilat, laundry self-service yang mengusung konsep "washlifebalance" dengan ruang tunggu nyaman, mushola, Wi-Fi gratis, dan bahkan program khusus "Sisters Hour"  jam khusus bagi perempuan untuk mencuci dengan lebih tenang dan aman.

Tak sedikit pelanggan datang bukan hanya untuk mencuci pakaian, tetapi juga menikmati waktu luang. Di tempat laundry seperti CuciKilat, pengunjung bisa mengerjakan tugas, membaca, atau sekadar rehat sambil menunggu mesin selesai bekerja. Proses mencuci yang tidak memakan waktu lama memungkinkan mereka tetap produktif tanpa kehilangan momen personal.

Mushola di salah satu laundry self-service (Sumber:DokPri Yudaningsih)
Mushola di salah satu laundry self-service (Sumber:DokPri Yudaningsih)

"Di sini saya merasa nyaman. Bisa cuci baju sambil baca buku atau nugas. Rasanya kayak me time," ujar Dila, salah satu pelanggan setia.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya mencari layanan praktis, tetapi juga ruang pengalaman: tempat aktivitas domestik bertransformasi menjadi bagian dari gaya hidup modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun