Ada saat ketika sebuah pesan singkat membuka pintu tak terduga.
Ada momen ketika sebuah sapaan sederhana menjadi awal dari kisah yang menghangatkan banyak jiwa.
Itulah yang kami alami.
Bukan dari tokoh yang kami temui di podium megah, bukan pula dari orang yang kami harapkan akan menolong. Tapi dari seorang pejalan sunyi yang dikenal dengan The Power of Silaturahim-nya—Dr Aqua Dwipayana.
Di balik gegap gempita acara nasional dan letihnya tubuh yang usai berkegiatan, kami, para ibu dari ‘Aisyiyah Jawa Barat, mendapati keajaiban kecil yang membekas besar: sebuah pertolongan tulus, tanpa pamrih, dan mengalir begitu saja dari hati yang penuh cinta.
Dan sejak itu, kami yakin:
Silaturahim bukan sekadar jalinan, tapi jalan terang menuju keberkahan.
Semua berawal dari percakapan sederhana melalui WhatsApp. Rabu siang, 25 Juni 2025 pukul 12.09, saya memberanikan diri menyapa Gurunda Dr Aqua Dwipayana. Dengan penuh kehati-hatian, saya mengetikkan pesan:
“Assalamualaikum Gurunda, mohon maaf mengganggu waktunya. Mau tanya, rumah Gurunda yang di Yogya apakah suka disewakan? Rencana Ibu-ibu 'Aisyiyah Jabar, sekitar 10 orang, selesai acara kamp nasional di Jaka Garong hari Minggu lusa, tanggal 6 Juli, ingin istirahat sebentar sebelum naik KA Mutiara jam 11 malam. Mohon maaf bila mengganggu waktu rehat Gurunda.”
Saya tahu, di tengah kesibukan beliau yang luar biasa, menyapa pun harus bijak. Maka pesan itu saya kirim dengan perasaan pasrah: semoga dibaca, semoga direspon.
Ternyata, Rabu sore sekitar pukul 18.10, balasan itu datang. Hangat, jujur, dan tetap bersahaja.
"Waalaikumsalam Bu YUDA. Mohon izin Bu YUDA, rumah saya yang di Yogyakarta tidak disewakan. Pada Minggu, 6 Juli 2025, di rumah Yogyakarta sedang ada tamu dari Pekanbaru. Semua kamar terpakai.”