Buka puasa bersama atau yang biasa disebut bukber telah menjadi tradisi yang melekat dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini berkembang dari kebiasaan umat Islam untuk berbuka puasa bersama keluarga, teman, atau komunitas di masjid dan rumah-rumah sejak zaman dahulu. Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tradisi ini semakin berkembang dan menjadi ajang silaturahmi di berbagai lapisan masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya budaya sosial, bukber tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga dan masjid, tetapi juga di restoran, hotel, dan tempat-tempat umum lainnya. Bukber tidak hanya sekadar momen untuk mengisi perut setelah seharian berpuasa, bukber juga menjadi ajang silaturahmi, reuni, dan mempererat hubungan dengan keluarga, sahabat, maupun rekan kerja. Link berikut Serba Serbi Tradisi Bukber mengungkapkan jika  tradisi ini menjadi lebih populer dengan adanya acara-acara seperti reuni sekolah, pertemuan bisnis, hingga kegiatan komunitas. Namun, di balik tradisi ini, sering kali esensi sebenarnya dari buka puasa terlupakan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadikan bukber lebih bermakna agar tetap sejalan dengan nilai-nilai spiritual Ramadan.
Antara Kebiasaan dan Makna Spiritual
Bukber sering kali menjadi agenda wajib selama bulan Ramadan. Undangan datang dari berbagai kelompok, mulai dari keluarga besar, teman sekolah, rekan kerja, hingga komunitas tertentu. Sayangnya, banyak orang yang lebih fokus pada aspek sosial dan konsumtifnya daripada sisi ibadah dan refleksi diri.
Dalam Islam, buka puasa adalah momen penuh keberkahan. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut." (HR. Tirmidzi)
Namun, di zaman modern, bukber sering kali berubah menjadi ajang konsumtif. Restoran penuh sesak, hidangan berlebihan, dan terkadang waktu shalat Maghrib atau Tarawih terabaikan. Padahal, bukber seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan kebersamaan dengan cara yang lebih bermakna.
Agar Bukber Lebih Bermakna
   Untuk mengembalikan esensi bukber agar tidak hanya sekadar kumpul-kumpul dan makan bersama, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan agar Bukber bisa menjadi lebih bermakna:
- Niatkan untuk ibadah dan silaturahmi. Sebelum menghadiri bukber, niatkan dalam hati bahwa ini bukan hanya tentang makan bersama, tetapi juga ajang mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan keberkahan Ramadan.
- Pilih tempat yang nyaman dan tidak berlebihan. Bukber tidak harus di restoran mahal atau hotel berbintang. Mengadakan bukber di rumah atau masjid bisa menjadi pilihan yang lebih hemat dan berkesan.
- Hindari makan berlebihan. Salah satu godaan saat bukber adalah terlalu banyak mengonsumsi makanan dalam waktu singkat. Ingatlah bahwa puasa bukan tentang menahan lapar di siang hari lalu berlebihan di malam hari.
- Sempatkan untuk beribadah bersama. Agar tidak hanya fokus pada makanan, sisipkan sesi ibadah seperti shalat berjamaah, tadarus Al-Qur'an, atau kajian singkat sebelum atau sesudah berbuka.
- Berbagi dengan yang membutuhkan. Ramadan adalah bulan berbagi. Alih-alih hanya berkumpul dengan teman atau kolega, cobalah untuk mengadakan bukber dengan anak yatim, dhuafa, atau mereka yang kurang mampu.
- Jaga waktu dan hindari gosip. Jangan sampai asyik mengobrol hingga lupa waktu shalat. Selain itu, manfaatkan momen kebersamaan untuk berdiskusi hal-hal positif daripada membicarakan keburukan orang lain.
- Pilih undangan dengan bijak. Tidak semua undangan bukber harus dihadiri. Pilihlah acara yang benar-benar bermakna dan tidak mengganggu jadwal ibadah utama seperti shalat Tarawih.