Mohon tunggu...
yoes sachri
yoes sachri Mohon Tunggu... -

Mantan jurnalis dan pengawas Pemilu. Ingin terus menulis dan menulis. Meminati politik, ekonomi, sosial, seni, budaya, wisata, otomotif, media dll

Selanjutnya

Tutup

Nature

Memajukan Tani Organik di Kampung

18 Desember 2010   00:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1292632656457742398

Pertanian organik kini tengah menjadi pilihan para petani. Ditengah mahalnya pupuk kimia yang juga dianggap sebagai pemutus mataranbtai kesuburan tanah, tani organik sangat mencerahkan. Maka ketika tanggal  3 Desember 2010 lalu, Kelompok Tani Giri Mukti Kampung Mekarjaya, Desa Kalimanggis, Kec. Manonjaya, Kab. Tasikmalaya yang didirikan pada tahun 1997 lalu, ditetap-kan menjadi juara nasional ketahanan pangan padi.

Penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diterima langsung oleh Ketua Kelompok Tani Giri Mukti Yana Mulyana (43), di Istana Negara.

"Kita bersyukur karena di luar dugaan, Kelompok Tani Giri Mukti, telah mendapatkan penghargaan dari Presiden SBY. Kami diterima di Istana untuk menerima penghargaan tersebut. Lalu, ke Kementrian Pertanian untuk menerima piagam penghargaan dan juga ke lembaga lain yang terkait," kata Yana Mulyana ditemui di kampung halamannya, setelah bertemu dengan Yudhoyono.

Kebanggaan serupa disampaikan Nanang (65), salah seorang perintis Ke­lompok Tani Giri Mukti. Kendati tidak ikut ke Istana, tetapi Nanang bangga sekali karena kelompoknya menjadi juara nasional. Sebuah penghargaan yang sangat berarti bagi petani di kampungnya. "Penghargaan itu, menjadi ke­banggaan dan motivasi petani di Kam­pung Mekarjaya," ujarnya menambahkan.

Menurut Nanang kelompok tani itu didirikan tujuannya sama sekali bukan untuk merebut penghargaan dari pemerintah. Kelompok tersebut, didirikan karena sebagai kebutuhan dari petani untuk menyerap informasi pertanian di kampungnya. Apalagi pada waktu itu, petani di daerahnya sedang dilanda gundah gulanda karena harga pupuk kimia dan obat-obatan untuk penanganan hama semakin melambung. Ancaman gagal panen di depan mata mereka.

Nanang yang waktu itu baru pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS), mengajak warga setempat untuk membuat kelompok tani. Ada sepuluh petani yang ikut ajakan Nanang untuk bergabung membuat kelompok tani. Antara lain, Mamun, Dedi Mulyadi, Orik Sutisna, Tedi, H. Aip, dan lainnya.

Kelompok tersebut dimanfaatkan sebagai tempat mereka berdiskusi diantara petani kampung itu, untuk mencari jalan ke luar dari usaha pertanian padi. Sekaligus juga sebagai lembaga yang diharapkan bisa mengakses infor­masi pertanian dari pemerintah atau lembaga lainnya.

Ternyata harapan itu tidak sia-sia. Tidak lama kemudian, kelompok tani ini dilibatkan dalam sekolah lapangan pengendalian hama terpadu. Informasi-informasi terkait perkembangan pertanian juga terus masuk ke Kelompok Tani Giri Mukti. Pada waktu itu, petani mulai merasakan banyak manfaat dari kehadiran kelompok. Termasuk ada juga pinjaman pupuk yang masuk ke Giri Mukti

Setiap sebulan sekali, anggota kelompok berkumpul secara formal, dengan mengundang penyuluh atau pejabat dari Dinas Pertanian Kab . Tasikmalaya. Sedangkan secara informal, hampir se­tiap kesempatan mereka bertemu di sawah untuk membicarakan soal tanaman padinya. Dari pertemuan itu, pengendalian hama juga bisa dilakukan. Begitu juga dengan masalah-masalah bibit unggul bisa diserap dan penerapan teknologi pertanian lainnya, bisa di­lakukan.

Setelah sepuluh tahun didirikannya, akhirnya para petani Kelompok Tani Giri Mukti mulai mengembangkan budi daya padi dengan sistem organik. Pada saat bersamaan mendapat bantuan dari pemerintah berupa mesin pembuatan pupuk kompos, pembangunan saung kompos. Luas lahan yang sementara dikembangkan untuk padi organik, awalnya seluas sepuluh hektare dari total 87 hektare la­han milik anggota kelompok tani ini.

Pengembangan padi organik tersebut, kata Yana Mulyana memberikan gairah baru bagi anggota kelompoknya. Karena produksinya, mengalami peningkatan cukup tajam. Semula ketika menggunakan pupuk kimia, rata-rata produksi padi lima ton gabah kering. Sedangkan, hasil padi organik mencapai delapan sampai sepuluh ton. "Lonjakan tersebul membuat petani semakin bersemangat untuk mengembangkan usaha padi," ujar Dedi Mulyadi anggota kelompok lainnya.

Biaya produksi juga semakin murah. Petani yang menggunakan pupuk or­ganik, secara perlahan akhirnya melepaskan ketergantungan dari pupuk kimia. Bahkan, padi organik dari kelompok tani ini, sebagian besar dieskpor keluar negeri. Harga jual berasnya, rata-rata Rp 12.000/kg. Harga itu jauh dibandingkan dengan beras yang rata-ral Rp 6.000/kg nya.

Secara perlahan, petani di daerah itu mampu menabung dari usaha budi daya padi. Mereka tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pakan untuk keluarganya, tetapi juga bisa menjual sehingga punya tabungan. Jumlah anggotanya berkembang, sampai dengan 122 orang.

"Dulu waktu saya panen mengguna­kan pupuk kimia, dari luas lahan 150 bata (satu bata = 14 meter persegi), panennya hanya lima kuintal gabah. Sekarang, lebih dari 1,5 ton. Jadi padi organik yang dikembangkan bersama kelompok tani, benar-benar memberikan keuntungan," kata Dedi menambahkan. Biaya dengan menggunakan sistem organik, bisa ditekan atau lebih murah. Mulai dari benih, pupuk, hingga obat-batan penanganan hama harganya bisa ditekan. Obat-obatan yang digunakan untuk pemberantasan hama, seperti tikus, cukup dengan mengolah buah gadung. Sementara hama lain berasal dari buah mengkudu yang diolah. Untuk padi muda yang daunnya menguning,menggunakan air kentang. "Makanya, untuk obat-obatan juga jadi murah, karena memanfaatkan bahan alami yang ada di sekitar sini," kata Edi petani lainnya.

Sementara itu, pupuk kompos yang dibuat kelompok be­rasal dari kotoran sapi, lalu ditambah serbuk bekas gergajian dan dedaunan. Kompos yang dibuat Kelompok Tani Giri Mukti selain untuk kebutuhan sendiri, juga dijual ke petani luar. "Satu kali me­ngolah, kita bisa menghasilkan seratus ton pupuk or­ganik," katanya.

Kebutuhan pupuk kompos untuk satu hektar sebanyak ton untuk tahap awal. Namun, kebutuhan  tersebut terus berkurang setiap tahunnya, karena kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk kompos semakin bagus.

Kendati demikian, diakui oleh Yana, belum semua lahan padi di daerahnya menggunakan seratus persen organik. Ada lahan  seluas kurang lebih 30 hektare , masih campuran. Maksudnya, sebagian atau setengahnya menggunakan organik, sebagian lagi menggunakan kimia. "Tetapi, mereka sedang menuju ke organik seratus persen. Prosesnya bertahap, karena menggunakan organik untuk pemeliharaan, harus benar-benar tekun. Dengan demikian, butuh kesabaran dan proses panjang," kata Yana.

Hal yang menggembirakan Yana, bahwa semangat warga untuk bertani cukup tinggi. Begitu juga ketergantungan terhadap bahan kimia terus berkurang. Petani memiliki nilai tambah, karena mampu menyediakan kebutuhan sen­diri, untuk pupuk maupun bahan penanganan hamanya.

Kelompok sendiri, sekarang telah mengembangkan saung kelompok lebih besar dengan swadaya. Lalu, memiliki dua traktor, mesin pompa air, tempat pembuatan pengendalian hama dan lainnya.

Kepala Dinas Pertanian Kab. Tasikmalaya Hendry Nugroho mengatakan, salah satu keunggulan Kelompok Tani Giri Mukti yaitu adanya kemauan keras dari anggotanya untuk maju. Dengan ke­mauan itu, mereka berusaha mandiri serta mencari informasi terkait perkem-bangan budi daya padi.

Kelompok tani daerah itu, katanya, merupkan salah satu perintis pengembangan padi organik di daerah Tasikmalaya. Sekarang kelompok tersebut su-dah termasuk mandiri, karena mampu membuat pupuk kompos sendiri untuk kebutuhan mereka, lalu membuat obat-obatan dari nabati sendiri.

"Mereka juga sudah mampu mema-sarkan hasilnya, dengan cara dieskpor ke luar negeri. Dengan demikian, petani di daerah tersebut mampu meraih nilai  tambah dari hasil usahanya," ujarnya.

Bahkan, seluas 15 hektare lahan sawahnya sudah mendapatkan sertifikasi organik secara internasional sehingga diakui hasilnya memang layak di­jual ke luar negeri. "Daerah itu bisa berkembang, pada intinya karena ada kemauan maju dengan mendirikan kelompok tani. Lalu, mereka mengisi kelompok tersebut dengan kegiatan positif sehingga memberikan hasil," katanya.

Hendry juga bangga kalau akhirnya Giri Mukti mendapatkan penghargaan dari Presiden Yudhoyono. Namun hal penting baginya ialah gairah petani un­tuk budi daya padi terus tinggi sehingga memberikan hasil yang besar. (Dipertan Jabar/PR)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun