Mohon tunggu...
Ruang BacaKomunitas
Ruang BacaKomunitas Mohon Tunggu... Editor - Pegiat Literasi

Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinergi Gerakan Literasi

2 Mei 2019   14:42 Diperbarui: 2 Mei 2019   15:11 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Memajukan budaya literasi harus menjadi tanggung jawab bersama," Sofian Munawar, 2016 

Gagasan untuk mendirikan perpustakaan alternatif  di level komunitas tentu relevan dengan kondisi saat ini dimana minat baca masyarakat masih memprihatinkan. Hadirnya "ruang baca alternatif" tentu menjadi angin segar yang membawa harapan melegakan bagi bangkitnya budaya literasi. Munculnya Taman Baca Masyarakat (TBM) dengan beragam variannya menawarkan ruang-ruang baca alternatif secara kreatif. "Kuda Pustaka" yang digagas Ridwan Sururi di seputar lereng Gunung Slamet di Jawa Tengah dan "Perahu Pustaka" yang digagas Muhammad Ridwan Alimudin di wilayah Kabupaten Polewali-Mandar, Sulawesi Barat merupakan contoh kreativitas masyarakat dalam membumikan budaya literasi.

Di Tatar Jawa Barat, Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) juga mulai menggeliat. Di Bandung, Mang Yayat Sehati banyak berkreasi melalui "Tahu Pustaka". Di wilayah Garut Selatan, ada Komunitas Ngejah yang digagas Nero Taopik. Di Tasikmalaya ada Rumpaka Percisa yang digagas Vudu Abdul Rahman. Di Sukabumi, Aris Munandar berkibar dengan Taman Bacaan Masyarakat "Matahari Pagi". Demikian juga di Kuningan, Kang Zeze dan Imam Muhammad Agung membangun Hipapelnis-Kalimanggis dan bahkan dengan Kampung Literasinya yang sangat progresif dipadukan dengan program Kolecer (Kotak Literasi Cerdas), salah satu Program Literasi dari Provinsi Jawa Barat.  

Di Kota Banjar pun kami tidak mau ketinggalan mendirikan Ruang Baca Komunitas yang juga dimaksudkan sebagai salah satu perpustakaan alternatif. Semangat awalnya adalah menjadikan Ruang Baca Komunitas sebagai tempat alternatif untuk belajar, berbagi, dan bersinergi bersama. Dengan motto:  Reading, Sharing, Networking, Ruang Baca Komunitas diharapkan dapat turut memacu kegemaran membaca di level akar rumput. Semua ini tentu tidak lepas dari semangat untuk turut mendorong tumbuh-kembangnya budaya literasi sebagai salah satu kunci untuk meraih kemajuan.

Di setiap kota memang sudah tersedia perpustakaan daerah. Di beberapa tempat bahkan perpustakaan umum sudah sampai di tingkat kecamatan, desa dan kelurahan selain juga sudah tersedia di setiap sekolah. Namun kondisi umum yang ada sekarang menunjukkan bahwa keberadaan perpustakaan masih dipandang sebelah mata. Minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan masih tergolong rendah. Menurut hasil kajian Biro Pusat Statistik (BPS, 2015) budaya literasi di Indonesia masih rendah. Hal ini antara lain ditandai oleh kultur membaca dan mengunjungi perpustakaan di Indonesia masih sangat rendah, yakni 25,1 persen. Menurut hasil kajian itu, sebagian besar masyarakat mengaku kunjungan ke perpustakaan hanya dilakukan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Dalam kaitan ini, kehadiran dan keberadaan Ruang Baca Komunitas tentu bukan untuk berkompetisi dengan perpustakaan yang sudah ada, tapi justru untuk membangun sinergi dan saling melengkapi fungsi dan peran perpustakaan. Dengan sinergi dan semangat kebersamaan ini diharapkan minat baca masyarakat senantiasa terus terdorong. Tumbuh kembangnya kegemaran membaca (reading habit) tentu akan menjadi prasyarat bagi terbentuk dan terbangunnya masyarakat pembelajar (reading society) sebagai salah satu modal utama untuk meraih kemajuan.


Sejak Ruang Baca Komunitas kami dirikan 4 April 2015, beragam kegiatan literasi telah kami selenggarakan. Kegiatan utama, selain pelayanan perpustakaan kami menyelenggarakan kegiatan rutin bertema "DisKo" atau Diskusi Komunitas. Bentuk kegiatannya semacam diskusi informal seputar dunia pendidikan, terutama dihadiri anak-anak di komunitas terdekat. Diskusi lebih besar lagi kami selenggarakan secara tematik dihubungkan dengan momentum tertentu sehingga nyaris tidak ada bulan dan minggu kosong tanpa kegiatan literasi di tempat kami.

Kegiatan paling massif dan cukup menyedot perhatian yang kami lakukan adalah Literasi Ramadhan dengan tema spesial "Mengisi Bulan Suci Dengan Kegiatan Literasi". Ada banyak kegiatan, seperti aneka lomba untuk anak, mulai level PAUD/TK, SD, SMP, Strorytelling, dan pelatihan jurnalistik untuk pelajar tingkat SLTA. Acara seperti ini tentu dapat terlaksana karena dorongan, sokongan dan partisipasi banyak pihak, baik dari siswa-siswi, para guru, unsur pemerintah, para donatur, media, maupun masyarakat pada umumnya.


Kegiatan literasi yang kami lakukan, bahkan kini tidak hanya di internal komunitas saja, tapi telah merambah ke sekolah-sekolah dan komunitas lainnya seperti kampus dan pesantren terutama melalui kegiatan "Safari Literasi". Selama dua tahun terakhir ini kami telah melakukan kegiatan Safari Literasi ke 52 sekolah dan 5 pesantren. Misi utama safari literasi adalah untuk "memprovokasi" masyarakat, terutama kalangan pelajar di Kota Banjar agar senantiasa mencintai buku dan mengapresiasi kegiatan literasi. Hasilnya cukup menggembirakan dengan munculnya dukungan dan sokongan dari komunitas sekolah, pesantren, kalangan media maupun masyarakat akan pentingnya gerakan literasi.

Dari rentetan kegiatan Safari Literasi yang kami lakukan ke sejumlah sekolah itu saya meyakini adanya potensi luar biasa di kalangan siswa dan santri. Di sejumlah sekolah saya meyaksikan sendiri siswa-siswi pintar dan berbakat dengan kegemaran membaca yang cukup membanggakan. Sebagian mereka sudah terbiasa dengan kegiatan literasi: membaca, mereview buku, mempresentasikan hasil bacaannya di bawah bimbingan para guru pembina literasi secara terarah dan terprogram. Situasi seperti ini tentu sangat membanggakan. Menyaksikan situasi dan kondisi seperti ini saya tentu merasa bangga dan memiliki harapan besar bahwa budaya literasi ke depan akan mengalami peningkatan secara signifikan.

Karena itu, kami kemudian menggagas program #BanjarMembaca, utamanya dimaksudkan sebagai media aktualisasi para pelajar dan pegiat literasi di Kota Banjar. Sebagaimana kita mafhum bahwa program literasi saat ini sudah mulai digalakan pemerintah, baik di tingkat nasional melalui program GLS maupun di tingkat provinsi Jawa Barat melalui kegiatan WJLRC. Beragam kegiatan literasi itu tentu saja membutuhkan media aktualisasinya di tingkat Kota Banjar. Karena itu, program #BanjarMembaca diorientasikan selain menjadi ajang silaturahmi para pelajar dan para pegiat literasi, momentum ini juga diajadikan media advokasi untuk saling menyemangati dan menumbuhkan minat baca masyarakat.

Program #BanjarMembaca yang kami selenggarakan telah melibatkan lebih dari seribu pelajar di Kota Banjar. Lima rangkaian kegiatan #BanjarMembaca mulai dari Lomba Review Buku, Readathon Tingkat Kota Banjar, Deklarasi Banjar Membaca, Pameran Karya Litera, serta Seminar Literasi dan Pendidikan cukup menyedot perhatian warga Banjar, terutama para pelajar. Tidak heran jika kemudian Ruang Baca Komunitas menjadi semacam "ikon" untuk kegiatan literasi di Kota Banjar. Ruang Baca Komunitas juga sering mendapat julukan sebagai "Sahabat Pelajar" di Kota Banjar.

Dalam tiga tahun perjalanannya, YRBK telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak. Apresiasi dan penghargaan ini menguatkan tekad kami akan pentingnya sinergi untuk memperkuat gerakan literasi. Kami meyakini betul bahwa literasi akan menjadi kunci kemajuan negeri. Karena itu melalui giat literasi di YRBK, kami ingin menjadi bagian dari sejarah untuk turut menyiapkan bangsa ini menggapai mimpinya mewujudkan fase Indonesia emas, setidaknya dari level komunitas.

Kami meyakini, kemajuan Indonesia harus dimulai dari unit-unit terkecil. Mulai dari keluarga, komunitas, dan terus bergulir menjadi kian massif. Keyakinan akan pentingnya peningkatan budaya literasi sebagai kunci kemajuan bangsa sudah kami kokohkan sebagai bagian dari refleksi kami dua tahun silam. Beragam giat literasi yang kami lakukan menjadi penguat keyakinan kami dan terus kami kampanyekan dalam berbagai kesempatan bahwa budaya literasi menjadi kunci untuk meraih mimpi. "Majukan negeri dengan literasi, karena tanpa budaya literasi negeri ini akan mengalami stagnasi," inilah yang menjadi salah satu refleksi kami.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun