Mohon tunggu...
Yoza Setya Febriyanti
Yoza Setya Febriyanti Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Antusias dalam mempelajari hal baru, pengamat yang baik, dan seseorang yang ambisius

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi IT Governance: Kunci Keamanan Data di Era Digital

10 Maret 2025   10:10 Diperbarui: 23 Mei 2025   20:40 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Strategi IT Governance: Kunci Keamanan Data di Era Digital. (Sumber: freepik.com)

 

Kita hidup di era di mana data adalah mata uang baru. Perusahaan saling berlomba mengumpulkan, menyimpan, dan menambang data demi satu tujuan: keunggulan kompetitif. Namun, dalam hiruk-pikuk digitalisasi ini, satu fakta pahit sering dilupakan keamanan data bukan efek samping otomatis dari transformasi digital. Tanpa strategi IT Governance yang matang, keamanan data hanyalah mitos yang dibungkus jargon teknologis. Mari kita bongkar kebohongan yang sering dipercaya banyak organisasi.

Kebijakan Keamanan Bukanlah Strategi

Banyak organisasi mengklaim sudah menjaga keamanan data hanya karena punya dokumen kebijakan. Ironisnya, kebijakan itu sering dibuat sebagai formalitas, ditandatangani sekali, lalu dikubur dalam folder tanpa pernah ditinjau ulang. Inilah bentuk paling absurd dari rasa aman palsu. Padahal, strategi IT Governance bukan hanya soal dokumen, tapi soal struktur keputusan, tanggung jawab, dan akuntabilitas yang hidup.

Keamanan Data Itu Mahal? Tidak, Ketidaktahuan Lebih Mahal

Sering terdengar alasan klise: menerapkan IT Governance yang ketat akan menghambat bisnis, memperlambat inovasi, dan membutuhkan anggaran besar. Namun, mari kita lihat realitasnya. Satu insiden kebocoran data bisa menelan biaya jutaan dolar, merusak reputasi bertahun-tahun, dan menyebabkan kehilangan kepercayaan pelanggan secara permanen. Maka pertanyaannya bukan seberapa mahal strategi keamanan, tetapi seberapa besar harga yang siap Anda bayar untuk keteledoran?

IT Governance: Birokrasi atau Tameng Digital?

Kritikus sering menyebut IT Governance sebagai beban birokrasi. Mereka ingin segalanya berjalan cepat, agile, tanpa "gangguan" dari proses governance. Padahal, justru dalam kecepatan itulah risiko besar mengintai. Strategi IT Governance yang cerdas tidak harus rumit. Ia bisa adaptif, berbasis risiko, dan menyatu dengan proses bisnis. Governance bukan tembok penghambat, melainkan pagar pelindung. Tanpa itu, organisasi ibarat berlari di jalan tol tanpa sabuk pengaman.

Teknologi Tanpa Governance = Bom Waktu

Organisasi yang gegabah mengadopsi teknologi baru tanpa governance ibarat menaruh bom waktu di pusat data mereka sendiri. Cloud computing, IoT, AI semua menjanjikan efisiensi, tapi juga membuka celah baru dalam keamanan. Tanpa strategi tata kelola yang mengatur siapa yang punya akses, bagaimana data dienkripsi, dan siapa yang bertanggung jawab jika terjadi insiden, maka semua teknologi itu menjadi risiko.

Kepemimpinan yang Tidak Melek TI Adalah Ancaman

Pernahkah kita bertanya mengapa begitu banyak CEO yang mengabaikan isu IT Governance? Karena mereka tidak paham, atau lebih parah tidak peduli. Keputusan strategis mengenai data sering diambil oleh orang-orang yang tidak memahami dampak teknologisnya. Governance bukan hanya tugas CIO atau tim IT, tetapi tanggung jawab kolektif pimpinan organisasi. Jika pemimpin tidak bisa membedakan antara "firewall" dan "fire drill", maka keamanan data hanyalah fatamorgana.

Compliance Bukan Jaminan Keamanan

Banyak organisasi puas hanya dengan memenuhi regulasi minimum seperti GDPR, ISO 27001, atau Peraturan Pemerintah setempat. Mereka berpikir, selama compliant, berarti aman. Ini adalah kesalahan fatal. Kepatuhan adalah garis bawah, bukan garis akhir. Strategi IT Governance yang kuat melampaui compliance; ia mengantisipasi, bukan sekadar bereaksi. Hacker tidak peduli apakah Anda compliant, yang mereka incar adalah kelemahan dan kelemahan itu lahir dari kelengahan strategi.

Data Adalah Aset, Tapi Tidak Dikelola Layaknya Aset

Bayangkan sebuah perusahaan yang memperlakukan data seperti tumpukan kertas usang. Tidak ada katalogisasi, tidak ada kontrol akses, tidak ada lifecycle management. Ini kenyataan di banyak organisasi. Padahal, jika kita percaya bahwa data adalah aset paling berharga, mengapa tidak ada strategi governance yang serius untuk melindunginya? Mengelola data seperti aset artinya mengatur siapa yang boleh mengaksesnya, bagaimana nilainya ditentukan, dan bagaimana ia diamankan secara menyeluruh.

Ketika Audit Datang, Baru Panik

Salah satu indikator kegagalan governance adalah kepanikan massal saat audit datang. Tiba-tiba semua orang sibuk membuat dokumen yang seharusnya sudah ada sejak awal. Ini bukan strategi, ini akrobatik darurat. Organisasi yang menerapkan IT Governance dengan benar tidak takut audit mereka siap setiap saat, karena governance mereka bukan sandiwara, tetapi sistem yang berjalan.

Keamanan Data Bukan Tanggung Jawab Tim IT Saja

Opini umum yang menyesatkan adalah bahwa keamanan data adalah tugas eksklusif tim IT. Ini keliru. Setiap unit kerja yang mengakses dan menggunakan data memiliki tanggung jawab. Strategi IT Governance harus melibatkan seluruh lini organisasi: HR, legal, operasional, hingga C-level. Hanya dengan pendekatan holistik, keamanan data bisa benar-benar dijaga. Tanpa itu, semua hanya akan jadi tambal sulam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun