Masih 2 tahun lebih untuk menuju 2024. Ada apa di sana? Pilpres 2024 masih lama, justru menteri-menteri mulai tebar pesona. Banyak harapan baru yang tak tergapai saat janji terucap di 2019! Yah, namanya juga usaha, soal hasil nanti urusan Tuhan. Kita sebagai warga negara yang "baik" selalu mendengar --menjadi pendengar yang baik adalah pilihan--karena sudah dari "sononya" rakyat kecil harus banyak diam.
Kan tidak patut, para calon pemimpin bangsa sedang membumikan program-program kerjanya, rakyatnya ribut sendiri? Berilah kesempatan bagi mereka, menjelaskan visi dan misinya dengan tuntas --jangan diinterupsi--baru setelah selesai, pikirkan, renungkan. Apa nilai lebihnya aku memilih si A untuk jadi pemimpin negeri ini, dibanding si B atau si C? Gitu kan, sopan.
Masalahnya, saudara-saudaraku yang seharusnya menjadi pendengar yang baik tadi, keburu tidak sabar. Tidak sabar berkomentar! Atau tidak sabar skeptis dini. Misalnya, melihat menteri A atau menteri B yang sedang benar-benar tulus melaksanakan amanahnya, disangka tebar pesona! Kan repot, jadi tidak bisa membedakan nantinya, siapa menteri yang sedang ikhlas mengabdi dan mana menteri yang sedang pencitraan.
Sudah saatnya, kita sekarang lebih bersabar kawan. Semakin banyak muncul nama-nama menteri yang berminat mencalonkan diri menjadi kandidat RI1, kan wawasan pilihan kita semakin menantang! Ditahan dulu, bergaduh di media sosial, justru semakin seru kita mendapatkan wajah demokrasi yang kian hari semakin "fair". Â Laksana menonton parade karnaval, semakin banyak penampil semakin menarik acara!
Stok orang cerdas dan berjiwa pemimpin di negeri ini, melimpah. Jadi berikan kesempatan yang sama, kan tidak lucu kalau banyak anak bangsa yang brilian, kok pilihannya itu-itu saja? Selagi semua anak bangsa diberi hak yang sama, kenapa tidak? Kalau semua menteri berkesempatan sama untuk maju menjadi RI1, apa salahnya ikut mendaftarkan diri?
Jadi, mendengar bisik-bisik tetangga yang  update berita politik, saya ikut senang nantinya banyak nama di Pilpres 2024. Lho, kok gitu? Jangan kaget, kita warga negara kan cuma bisa mendengar, sedang para menteri yang berminat di pencalonan juga cuma bisa berusaha. Akhirnya, semua bermuara ke Tuhan, yang Di Atas.
----&&&---Â
