Mohon tunggu...
Yoyon Pujo Utomo
Yoyon Pujo Utomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Penulis menyukai hal yang baru, sesuatu yang baru menjadikan tantangan.

Saya ada penulis di sebuah majalah bulanan di Ibukota. saat ini saya ingin mengembangkan bakat fotografi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan dan Pulang Kampung

7 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 7 Mei 2019   06:29 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Teringat tahun lalu, Ramadan tahun ini insya Allah bisa aku jalani dengan penuh hikmah.

Jelang dua hari mau Lebaran. Lulu si gadis periang sedang berkumpul bersama dengan Ayah, Ibu dan Adik kesayangannya. Bocah kecil duduk dipangkuan ibu, Didi namanya, sedang merengek ingin bertemu dengan Nenek di kampung. Ayah dan ibu dibuat bingung oleh perilakunya yang kolokan dan manja.

"Didi ... jangan bikin kesal ibu dan ayah, nanti kita pasti bakal jalan-jalan", kata Lulu mencoba menenangkan adiknya itu.

"Tidak mau jalan kemana-mana. Aku mau ketemu Nenek", Tegas Didi dengan wajah cemberut.

"Kenapa sih mau ketemu nenek. Bulan lalu kita sudah ke tempat Nenek. Masa Lebaran nanti ketemu lagi... "ungkap Lulu dengan nada kesal

"Pokoknya aku mau ke tempat Nenek"

"Aku mau dirumah saja ... Ayah .... Ibu ...", rengek Lulu kesal.

"Sudah, kalian jangan bertengkar", potong Ibu dengan suara rendah. "Kakak harus mengalah sama adik. Dan adik kalau mau ketemu Nenek, puasanya dua hari ini tidak boleh batal lagi seperti kemaren".

Mendengar nasehat ibu, Lulu dan adiknya kembali rukun. Rupanya mendengar janji ibu, Didi dalam dua hari jelang Lebaran ini, puasanya tidak boleh batal. Kalau batal Lebaran di tempat Nenek bisa tidak kesampaian. Ayah dan ibu bahkan Lulu sendiri tidak yakin Didi bisa menjalani puasanya sehari penuh tidak makan dan minum. Karena biasanya dia pasti buka ditengah hari.

Dua hari telah berlalu, gema takbir menjulang ke angkasa menghentakkan hati seluruh umat manusia di dunia, khususnya umat muslim. Begitu pula keluarga Didi dan Lulu, disaat mereka semua berkumpul bersama sembari menyantap ketupat sayur yang disajikan Ibu.

"Ayah .. Ibu ... aku dua hari kemaren puasanya sehari penuh...., celetuk Didi

"Hebat ... anak Ayah...", jawab Ayah dengan bangga kepada anaknya

"Waktu dua hari lalu, ibu pernah bilang kalau puasa ku tidak batal. Lebaran esok, kita semua ke tempat nenek..." kata Didi mengingatkan Ayah dan Ibunya.

Ohh.. iya... Ibu ingat. Bagaimana Ayah apa besok kita Lebaran pulang kampung ke tempat nenek? Tanya Ibu

"Ayah sih mau saja seterah kalian"

"Ayah ... Ibu ... kalau kita lebaran di tempat Nenek. Aku mau kalau naik kereta, kalau naik bus lagi seperti waktu itu, aku lebih baik tidak ikut saja", ujar Lulu yang memberi syarat kepada Ayah dan Ibunya.

"Iya.. kakak. Aku setuju kita naik kereta saja... " kata Didi penuh semangat.

"Ayah dan Ibu setuju, besok kita setelah sholat Idul Fitri ke tempat Nenek naik kereta Api, ayah juga sudah pesan tiket dari jauh hari" Jawab Ayah kepada anak-anaknya itu.

"Tut ... tut... tut.. hore kita naik kereta api", sambut Didi dengan riang gembira.

Esok paginya, di hari yang suci, sehabis sholat Idul Fitri serta bersilahturahmi dengan para tetangga. Ayah, Ibu, Lulu dan adiknya Didi, berangkat menuju ke tempat Nenek di Yogyakarta, Jawa Tengah. Melalui stasiun Senen, Jakarta Pusat menuju stasiun Tugu, Yogyakarta.

"Ibu, Adik mau duduk di dekat jendela", kata Didi

"Kakak dampingi Adik, Ibu duduk di dekat Ayah saja", ujar Ibu kepada anak-anaknya.

"Adik, jangan nakal. Duduk di tempat jangan keluarkan tangan di jendala dan jangan bergelantungan di jendela atau pintu", ucap Lulu

"Iya... kakakku yang cantik", rayu Didi yang saat ini duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar (SD).

"Hiii... ini anak meledek aja. Ibu, Didi tuhh.., sudah dikasih tahu tetap aja badung", kesal Lulu pada adik kesayangannya itu.

Kereta Api pun berjalan dan melaju dengan kencangnya. Rumah-rumah pedesaan, sawah yang menghijau, sungai yang jernih serta suasana pegunungan nan tinggi jadi pemandangan indah yang tak terlewatkan dari pandangan Didi yang duduk di dekat jendela kereta.

"Didi ... nanti kalau Nenek menyuruh kamu minum jamu. Jangan menolak yaa, kalau tidak mau, Nenek kecewa lagi nanti kepadamu", kata Ibu kepada Didi mengingatkan.

"Apa... ibu...., minum jamu, aku tidak mau, abis pahitnya bukan main ..." jawab Didi dengan perasaan takut.

"Heee ... kasihan Nenek, kalau kamu tolak lagi. Nenekkan sudah susah buat jamu untuk cucunya malah tidak diminum", ungkap Lulu memanas-manasi suasana.

"Tidak mau ibu... lebih baik tidak usah ke rumah Nenek aja" teriak Didik.

"Didi ... udah mau sampai koo, tidak mau ketemu Nenek, kata Ayah

Ayah... Ibu .... Sebenarnya aku mau ke tempat Nenek karena ingin mau naik Kereta Api. Bukan mau ketemu Nenek dan minum jamu buatannya. Aku takut minum jamu", kata Didi dengan perasaan malu.

"Hiii .... Ini anak, niatnya bukan mau ketemu Nenek untuk Lebaran tapi hanya ingin naik Kereta Api saja",

"Ibu ... kakak tuhhh..."

"Sudah .... Sudah ...., disana juga Nenek tidak buat jamu terus, kan hari ini Lebaran paling kue kering kesukaan adik yang dibuatnya", potong Ibu. Mendengar perkataan ibunya itu, Didi kembali gembira lagi walau merasa malu karena niatnya ke tempat Nenek ketahuan oleh Ayah, Ibu dan Kakaknya. Ke tempat Nenek hanya untuk menikmati bagaimana enaknya naik Kereta Api. Sesampai di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Mereka lalu bergegas ke kediaman Nenek yang letaknya tak jauh dari Stasiun. Berlebaran dengan penuh bahagia di tempat Nenek pun tercapai juga. Selamat Hari Raya Idul Fitri.

* * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun