Mohon tunggu...
Dr. Yoyo S.S. M.A
Dr. Yoyo S.S. M.A Mohon Tunggu... ***writing is just a hobby***

Dosen; peneliti; suka bahasa asing; dan hobi bertani.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Suez Canal dan Pesona Gadis Mesir

29 April 2025   14:28 Diperbarui: 29 April 2025   14:28 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di pojok Taman Kampus Suez Canal Ismailia tahun 2007an (Sumber: Foto Dokumentasi Pribadi)

"Jika ada lima gadis Mesir sedang berjalan, maka sejatinya yang berjalan itu sepuluh orang gadis", loh kok bisa? Jawabannya karena bayangan dari lima gadis itu pun ikut menjadi cantik.


Itu lah kira-kira guyonan yang beredar di kalangan laki-laki tentang kecantikan gadis Mesir. Ketenaran kecantikan gadis Mesir didukung oleh kisah Ratu Kecantikan Mesir yaitu Cleopatra, seorang penguasa sekaligus Ratu Mesir terakhir dari dinasti Makedonia sebelum akhirnya ditaklukkan oleh kekaisaran Romawi. Cleopatra merupakan legenda kecantikan perempuan Mesir pra-Masehi yang telah menjadi acuan kecantikan juga kecerdasan perempuan Mesir era kuno bahkan sekarang.

Islamilia merupakah salah satu provinsi di Mesir yang terletak di bagian timur laut dan berada pada titik tengah Terusan Suez. Kehidupan ekonomi provinsi Suez ini tergantung pada denyut nadi arus lalu lintas Terusan Suez. Terusan yang memisahkan antara benua Afrika dan Asia ini merupakan rute tercepat lintasan kapal dari Eropa menuju wilayah darat yang terbentang di sepanjang Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Di provinsi Islamilia berdiri sebuah Universitas yang bernama Suez Canal University atau Jami'atu Qanah al-Suez tahun 1975. Kampus ini jika dibandingkan dengan universitas yang ada di Indonesia mirip seperti kampus IKIP yaitu berorientasi pada ilmu pendidikan meskipun dalam perkembangannya berbagai program studi umum seperti Sastra dan juga kesehatan ikut didirikan.

Saat itu, tahun 2007 saya mengikuti program exchange student di kampus tersebut di Fakultas Humaniora. Kebetulan saya berbada di bawah bimbingan salah satu dosen yang bernama Dr. Hassanain Hassan. Beliau mengampu kuliah tentang Hak Asasi Manusia atau HAM (Huquuqul Insaan) yang diajarkan hampir di setiap program studi di kampus, sejenis mata kuliah umum atau MKU di kampus kita. Jadi setiap beliau ada jadwal mengajar mata kuliah tersebut saya diminta ikut hadir di kelas dan otomatis ikut berpindah-pindah dari satu prodi ke prodi lainnya.

Suatu ketika, saat saya sedang duduk di sekitaran taman kampus saat pertama kali menginjakan kaki di kampus Suez Canal, datanglah rombongan mahasiswi menghampiri dan bertanya ke saya dari mana asal saya dan tinggal di mana. Rupanya para mahasiswi ini berasal dari program studi yang berbeda, ada yang dari Sastra Inggris, Perancis, dan juga Sastra Arab.

Ceritanya tidak terhenti di situ, esok harinya serombongan gadis yang berbeda pun datang dan ngajak berkenalan. Mereka bercerita kalau mereka tinggal cukup jauh dari kampus dan biasanya berangkat ke kampus di pagi hari yang masih gelap dengan naik kereta.

Jadi, hampir tiap minggu seringkali saya dihampiri oleh gadis-gadis mahasiswi yang berbeda-beda. Alhasil, saya kadang lupa hari ini berkenalan dengan siapa dan esoknya dengan siapa lagi.

Loh kok bisa tiap hari diajak ngobrol sama perempuan di kampus? Ini yang waktu itu saya juga jadi terheran-heran. Dalam benak saya ketika mau datang ke kota Ismailia Mesir adalah gambaran bahwa perempuan Mesir sebagai representasi dari perempuan Arab barangkali akan lebih tertutup dan menjaga jarak dari kaum laki-laki. Ternyata, persepsi demikian bertolak belakang dengan keseharian saya saat berada di Kampus Suez Canal hampir selama enam bulan penuh di sana.

Usut punya usut, perempuan Mesir khususnya di wilayah yang jauh dari Ibu Kota Kairo, mereka sangat senang dengan mahasiswa asing termasuk dari Asia. Bagi mereka, dengan adanya mahasiswa menjadi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan kaum laki-laki dalam batasan pertemanan biasa. Sementara mereka sendiri sangat menjaga jarak dalam berinteraksi dengan lawan jenis hal ini karena tentu norma agama dan adat istiadat yang menjadi pegangan utama mereka.

Paras gadis Mesir dari kota Ismailia secara umum hampir sama dengan perempuan Arab pada umumnya. Warna kulit mereka pun beragam, ada yang putih kemerah-merahan, dan ada pula yang sawo matang. Kelebihannya mereka berhidung mancung dan sangat aktif berbicara. Tidak hanya saat berkomunikasi biasa bahkan di perkuliahan mereka sangat aktif bertanya. Ini berbeda dengan mahasiswi di Indonesia yang cenderung lebih senang diam daripada bicara. Jadi kalau kita menemukan perempuan Indonesia suka bicara, nah perempuan di Mesir lebih daripada itu.hehe....bisa dibayangkan!

Sifat unik mereka lainnya yaitu biasanya mereka kadang cemburu. Pernah suatu saat ada seorang gadis sebut saja namanya Samar Ghaits, dia datang ke saya dan bilang: "ana za'laanah min-nak!" --aku ngambek sama kamu---, za'laanah leeh?---lah kenapa? Timpal saya. Rupanya dia marah karena saya bicara dengan group gadis lainnya. Menurutnya, kalau saya sudah berteman dengan dia mestinya tidak boleh ngobrol dengan perempuan lain. Saya cekikikan waktu dengar ini.


Kejadian unik lainnya, pernah suatu ketika diundang main ke rumah seorang gadis di sebuah desa di Ismailia (saya lupa namanya) dan ternyata saat saya dan kawan-kawan tiba, keluarga dan sanak saudara dari si gadis ini telah siap menyambut bahkan anake hidangan mereka siapakan. Cara demikian barangkali agak aneh bagi kita karena sama sekali tidak ada ikatan saudara dan kenalan pun belum lama tetapi cara menyambut tamu luar biasa sangat baik dan begitu mulia. Semua makanan dan minuman dihidangkan sangat lengkap. Ini lah cara orang Arab menjamu tamu, sangat senang dengan kedatangan tamu ke rumah dan sangat lembut hatinya bahkan takut jika tamu tersebut kurang puas saat berkunjung. Sungguh sikap mulia yang bersumber dari ajaran agama yang sempurna (ikraam adh-dhuyuuf).


Demikianlah memoir saya tentang gadis Mesir selama tinggal di Ismailia yaitu Oktober 2007-Maret 2008. Sebuah memoir kisah petualangan tinggal di Negeri Piramida 18 tahun yang lalu. Gadis-gadis yang saya jumpai waktu itu entah masih berumur panjang atau tidak. Yang pasti mereka sudah tidak muda lagi karena kemungkinan sudah berumur 30 tahunan ke atas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun