Mohon tunggu...
Yosua Beza
Yosua Beza Mohon Tunggu... UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA

Mahasiswa tingkat akhir Ilmu Komunikasi UPN "VETERAN" JAKARTA, hobi berselancar tapi dalam dunia digital

Selanjutnya

Tutup

Nature

Adaro Energy: Ketika 'Green Initiative' Berbenturan Dengan Realitas Batubara

3 Oktober 2025   10:12 Diperbarui: 3 Oktober 2025   10:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di level internasional, respons juga tidak kalah keras. Lebih dari 100 bank dan investor dengan aset yang dikelola lebih dari USD 50 miliar telah mengumumkan divestasi dari pertambangan batubara. Bank-bank ternama seperti BNP Paribas, OCBC, DBS, dan Standard Chartered memutuskan hubungan dengan Adaro karena bisnis batubara tidak sejalan dengan komitmen keberlanjutan mereka.

Bahkan, Adaro masuk dalam daftar "Dirty 30" - daftar perusahaan yang dianggap paling bermasalah dari segi lingkungan. Ekō, sebuah lembaga yang mendorong praktik berkelanjutan, berhasil mengumpulkan lebih dari 54 ribu tandatangan dalam petisi untuk mendesak bank internasional menghentikan pendanaan ke Adaro Energy.

Mengapa Ini Disebut Greenwashing?

Greenwashing adalah praktik perusahaan yang menyajikan citra ramah lingkungan secara berlebihan atau menyesatkan dibandingkan tindakan nyata mereka. Dalam kasus Adaro, beberapa indikator greenwashing terlihat jelas:

  • Pertama, inkonsistensi antara klaim dan tindakan. Perusahaan mengklaim transformasi hijau namun terus memperluas operasi batubara dan membangun PLTU baru.
  • Kedua, penggunaan label yang menyesatkan. Menyebut aluminium yang diproduksi dengan energi batubara sebagai "green aluminium" jelas misleading, meskipun ada rencana beralih ke PLTA di masa depan.
  • Ketiga, kurangnya transparansi. Informasi detail tentang dampak lingkungan, intensitas emisi per produk, dan timeline transisi yang jelas masih minim dipublikasikan.

Dampak pada Kredibilitas dan Bisnis

Strategi komunikasi yang bermasalah ini mulai berdampak pada reputasi dan bisnis Adaro. Hilangnya kepercayaan investor internasional, resistensi masyarakat lokal, dan kritik berkelanjutan dari aktivis lingkungan menciptakan risiko bisnis yang tidak kecil.

Presiden Direktur Adaro Minerals, Christian Ariano Rachmat, bahkan harus membela diri dengan pernyataan: "kita bukan greenwashing, jelas-jelas kita bilang kok aluminium ini akan dibangun pembangkitnya dari batu bara." Namun justru pernyataan ini mengkonfirmasi praktik greenwashing karena tetap menggunakan label "green" untuk produk yang diproduksi dengan energi fosil.

Jalan Keluar: Transparansi dan Konsistensi

Untuk menghindari tuduhan greenwashing, Adaro perlu melakukan beberapa langkah fundamental:

  • Transparansi komprehensif dengan mempublikasikan data material seperti intensitas emisi per produk, dampak lingkungan riil, dan timeline transisi yang realistis. Semua klaim harus didukung data yang dapat diverifikasi.
  • Konsistensi antara komunikasi dan tindakan. Jika mengklaim transformasi hijau, ekspansi batubara harus dihentikan dan investasi dialihkan secara signifikan ke energi terbarukan.
  • Pelibatan stakeholder yang bermakna. Dialog dengan masyarakat terdampak, aktivis, dan LSM harus dilakukan secara konsisten, bukan hanya ketika terjadi konflik.
  • Verifikasi independen dari pihak ketiga untuk semua klaim keberlanjutan, termasuk roadmap transisi energi dan dampak lingkungan.

Pelajaran untuk Korporasi Lain

Kasus Adaro memberikan pelajaran penting bagi perusahaan lain, terutama yang beroperasi di sektor ekstraktif. Di era ESG (Environmental, Social, Governance) yang semakin ketat, komunikasi hijau tanpa tindakan nyata tidak hanya merusak reputasi, tetapi juga mengancam keberlanjutan bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun