Mohon tunggu...
Yossy Hanani
Yossy Hanani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Yossy Hanani adalah salah seorang penulis domisili dari Cirebon yang sekarang menetap di Bandung menempuh pendidikannya di salah satu perguruan tinggi Politeknik Negeri Bandung. Yossy Hanani adalah gadis April dengan penuh keceriaan dan canda tawanya yang bisa membuat rekan temannya tertawa karena sedikit celotehan dia. Hehe.. Keceriaan ini ternyata bermula kepada rasa sosialisme nya dia dan sifatnya yang mudah bergaul dengan orang lain sekalipun yang baru ditemuinya. Ini hal yang patut disyukuri. Disamping itu memiliki hobi menulis, melukis, dan suka jail sama orang lain. Yossy Hanani putri dari bunda Hasanah ternyata memiliki kecintaan yang sangat terhadap seni sastra terutama seni menulis dan melukis. Walau ternyata saat ini ia tengah sibuk dengan kuliah nya yang baru di semester I jurusan Akuntansi program studi Akuntansi. Gadis yang rupanya berzodiak Aries ini memiliki kelihaian terhadap Akuntansi yang awalnya hanya unsur ketidaksengajaan dari orang tua kandung wanitanya. Ini sangat luar biasa. Salam Penulis..... :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salam Kemerkaan Kaum Pemuda

17 Agustus 2013   16:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salam kemerdekaan ! Dear mentari…. Tuhan… ada banyak sekali permasalahan di bangsaku yang belum ku damaikan untuk negeri ku, Indonesia. Hari ini jatuh pada tgl ke tujuh belas bulan kemerdekaan tahun semangat arek – arek pemuda Indonesia. Pemuda yang dahulu berjuang untuk bangsaku mengusir penjajah yang keji dan kejam. Tak jauh berbeda. Pada tahun ini pemuda kami senantiasa berjuang mengusir penjajah. Hanya saja objek penjajah pemuda masa kini tidaklah sama dengan pemuda pada zaman revolusi. Sosok Soekarno yang begitu teladan di zaman itu. Namun di zaman sekarang, siapa pahlawan kami? Aku tidaklah menjumpai sosok yang sama seperti bung Karno. Kegigihannya, perjuangannya, pengorbanannya, sungguh tidaklah sama dengan pemuda masa kini. Jika bung Karno berjuang demi nama keadilan untuk Indonesia, pemudaku saat ini berjuang demi nama keadilan untuk dirinya sendiri. Tuhan … harus berlindung pada siapa aku jika negeri ini kelak diluluhlantakkan oleh penjajah keji itu? Siapa, oh tuhan? Negeri ku aman, Negeri ku nyaman, Negeri ku sejahtera, Itu hanya ada dalam kamus bahasa ku ketika aku menginjak usia dini dulu. Hari ini semangat itu tetap ada, kibaran bendera masih tertancap di ujung bambu itu. Tuhan, sampaikan sedikit doaku untuk bung Karno. “wahai bung, niatmu sungguh sangat mulia, semangatmu untuk kemerdekaan sangat ikhlas, kau orang yang begitu berjasa unuk ku juga untuk teman – temanku, keluargaku, dan untuk teman yang belum ku temui di luar sana. Andai aku dapat melihatmu, aku akan mengucap tiga patah kata. Terima kasih, dan maaf. Terima kasih atas kebebasan negeriku, dan maaf karena kami belum dapat mempertahankan kemerdekaan ini. Semoga tuhan membalas niat baikmu, salam pemudi Indonesia.” Kawan, pagi ini di seluruh pelosok negeri mengadakan acara yang sangat meriah. Tak kenal malu, juga tak kenal tau diri. Lomba – lomba yang diadakan diantaranya : totosan, balap karung, makan koin, ambil koin, balap kelereng, jogged jeruk, hingga goal nya ku jumpai sebuah bendera tertancap di ujung bamboo yang menjulang tinggi ke langit, panjat pinang. Di desaku sering menyebutnya panekan. Ada dua buah panekan terlihat dari sudut pandanganku, yang satu untuk kalangan calon generasi penerus bangsa, dan sisanya untuk pemuda masa kini. Yah benar sekali, mereka sangat antusias. Untuk mendapatkan objek – objek yang terpasang pada bambu itu seperti alat – alat tulis sekolah, perabot tumah tangga, serta hiburan anak muda. Itu sangat luar biasa. Bahkan aku tak pernah memikirkan akan ada yang seperti itu. Padahal memang bertahun-tahun sudah ada, tetapi mungkin aku terlalu memperhatikan hal kecil ini hingga tulisan ini dengan tidak sengaja ku terbitkan. Pemuda-pemuda yang menaiki pinang itu bukan satu atau dua orang, tapi hampir satu rumah, oh tepatnya satu RW. Aku hanya melihat bagaimana keramaian acara itu dari seberang sungai kecil di desaku. Ketika dua jam telah berlangsung akhirnya tibalah seorang yang bertahan di atas dan dia bersorak sorai. Waow rasanya menggembirakan sekali menjadi dirinya yang berada di pucuk bambu itu. Ku pikir dia akan mengambil bendera dan mengibarkannya untuk kami, namun pikiranku ternyata melesat. Dia tidak menyentuh benderanya sama sekali, melainkan mengambil objek-objek yang tergantung pada bambu itu. Sungguh lluar biasa, atau mungkin aku yang terlalu lular biasa? Sudahlah.... negeri ku sungguh ramai. Dan aku tidak berbohong. Usai pemuda itu turun, dan mengambil semua objeknya tanpa sisa, kau tahu apa yang terjadi? Kericuhan. Mengapa? Mengapa, harus berujung pada kericuhan? Padahal aku sudah sangat bergembira pucuk bambu itu telah dilampaui, ternyata belum selesai bahkan terjadi kericuhan. “berarti belum merdeka, bener ga sih?” yah, biarlah itu menjadi kasus yang harus mereka selesaikan sendiri. Aku berjalan pulang menuju rumah, tak jauh dari lokasi nya. Aku duduk bersama dengan sang ayah, bunda, dan ke dua adikku. Kami tengah menikmati santapan rujak khas Indonesia, hehe... rasanya memang nikmat dan lebih nikmat dari pitza yang pernah ditawarkan dosen kuliahku. Tak berapa lama kemudian, seorang lelaki yang sudah berumah tangga memasuki rumahnya. Tepatnya dia tetangga ku. Lalu datang anaknya dengan mengenakan pakaian yang basah kuyup menempel di tubuhnya. Hari ini tidak hujan, tidak juga petir. Kecuali basah kuyup akibat panjat pinang itu. Anak itu dipukul sang ayahnya sekeras pukulan seorang pria. Oh tuhan... ? aku hanya sanggup melihat dan mendengar perlakuan ayah terhadap anaknya, lantas apa yang harus aku perbuat? Aku tak punya hak atas anak itu, terlebih dengan orang tua nya. Malah bisa-bisa aku dituduh yang bukan-bukan nanti. Akhirnya karena sudah tak tahan, aku berlari menuju kamarku. Sedih rasanya, calon pemuda bangsaku diperlakukan sedemikian oleh pemuda nya. Tuhan... aku tak pernah inginkan ini. Kisakhku hari ini adalah sebagian kecil dari ratusan ribu permasalahan yang ada di negeriku. Dan mulai hari ini, bangkitlah wahai para pemuda masa depan bangsa. Karena kita lah bung Karno yang akan menyelamatkan mereka dari kekejaman dan kekejian negeri ini. Lagu ini untuk pemuda Indonesia ! #Darah Juang Di sini negeri kami Tempat padi terhampar Samudera nya kaya raya Tanah kami subur tua Di negeri permai ini Berjuta rakyat bersimbah luka Anak kurus tak sekolah Pemuda desa tak kerja Mereka dirampas hak nya Tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami Untuk membebaskan rakyat Mereka dirampas haknya Tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami Padamu kami berjanji

Selamat hari kemerkaan bangsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun