Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebaran ala Si Gembul Mamad

4 Mei 2023   05:57 Diperbarui: 4 Mei 2023   11:07 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar : nu.or.id

           Gema takbir terdengar sejak semalaman dari toa masjid At Taqwa. Suasana kemeriahan menyambut hari raya kemenangan umat Islam terasa syahdu dengan terdengarnya alunan takbir yang menyentuh kalbu bagi siapapun yang mendengarnya. Lapangan desa sudah disiapkan oleh Takmir Masjid At Taqwa sebagai tempat pelaksanaan shalat Idul Fitri pagi ini, yang rencananya akan dimulai tepat pada pukul 07.00 wib. Semua bahu-membahu menyiapkan peralatan agar supaya kegiatan shalat Idul Fitri dapat berjalan khidmat tanpa kendala apapun.

            Setelah shalat subuh, Mamad siap dengan baju koko baru  plus sarung dan peci baru. Sandal hitam yang dibelikan ibunya sudah siap di berada di teras rumahnya. Ia nampak percaya diri dengan baju  kokonya meski ukurannya agak terlalu kekecilan untuknya. Padahal ibunya sudah membelikan dengan ukuran yang biasa dipakai untuk orang dewasa.

            Meskipun masih duduk di bangku SD Kelas V, Mamad mempunyai badan bongsor dan cenderung mengalami obesitas. Tapi dia adalah anak yang benar-benar mempunyai rasa percaya diri yang luar biasa. Gerakan motoriknya pun tetap gesit dan lincah layaknya anak-anak lain yang mempunyai ukuran tubuh normal seusianya. Kegiatan bersepeda, bermain petak umpet, lari, atau kegiatan permainan tradisional desa pun bisa ia ikuti. Ia pun tak peduli, teman-temannya kerap mengundangnya Si Gembul, sesuai dengan badan dan selera makannya yang luar biasa.

            Sejak kecil Mamad memang mempunyai selera makan yang banyak. Menu apa pun ia sikat, termasuk masakan bercita rasa pedas. Kalau ditinjau dari mana Mamad memiliki badan yang berbeda dengan teman seusianya, warga Desa Pakis sudah tidak heran. Sebab Yu Markonah, ibu Mamad juga memiliki badan yang sama, alias obesitas, demikian juga adik perempuannya yang masih berusia 5 tahun. Hanya ayahnya saja yang berbadan kecil.

            "Mad, besok kamu harus membayar hutang puasamu hlo ya," kata Maryam suatu hari menasihati. "Sudah berapa kali kamu membatalkan puasamu, Mad?" lanjut Maryam.

            "Ehm, mm ... baru 5 kali Bu Ustadzah ...," jawab Mamad sambil merenges.

            "Bohong Bu ... dia sudah nggak puasa lebih dari 10 kali Bu," ucap teman-temannya serempak.

            Maryam dan Yu Partinah sebenarnya merasa prihatin dan khawatir tentang kesehatan santrinya itu. Kelebihan berat badan atau obesitas pada anak seusia Mamad, dapat berlanjut hingga dewasa dan menimbulkan beberapa penyakit kardiovaskular seperti diabetes mellitus, osteoarthritis dan kanker dan penyakit lainnya. Mereka berdua juga sudah mendiskusikannya dengan orang tua Mamad. Tapi sampai sekarang tampaknya belum ada perubahan sedikit pun pada diri Mamad.

            Selama puasa lalu, entah berapa kali  Mamad membatalkan puasanya. Ia tak mampu menahan rasa laparnya sampai saatnya berbuka puasa tiba!  Berulang kali Maryam selaku Ustadzahnya di TPQ At Taqwa, selalu mengingatkan kepadanya, untuk melatih diri mengendalikan hawa nafsunya. Disamping untuk menjalankan ibadah sebagai umat muslim, juga demi kesehatan Mamad sendiri. Namun, berulangkali pula Mamad membatalkan puasanya secara sembunyi-sembunyi. Tak jarang ia menjadi bahan tertawaan teman-temannya kala mereka mendapati Si Gembul Mamad tengah mencuri kesempatan di belakang sekolah untuk minum  atau sedang makan sesuatu,  entah dari mana ia mendapatkannya. Warung Mbah Karjo yang terletak di belakang sekolah pun selalu tutup pada bulan ramadan.

            "Bu, aku mau makan opor ayam dulu, aku sudah lapar ...," teriak Mamad kepada ibunya sambil menampakkan wajah memelasnya, sesaat sebelum berangkat ke lapangan untuk shalat Ied bersama warga Desa Pakis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun