Berdasarkan pendapat Wenger dan Potter, jurnalisme multimedia memiliki sebutan lain yang disebut sebagai cross-platform journalist. Istilah ini dapat dipahami sebagai jurnalis yang mampu bekerja dengan efektif pada lebih dari satu media.
Jurnalisme multimedia juga dapat disebut sebagai bentuk konvergensi. Hal ini dibuktikan dengan adanya gabungan media-media yang ada.
Menurut Yohanes Widodo dalam buku Jurnalisme Multimedia, konvergensi media dalam jurnalisme dapat memiliki pengertian yang berbeda tergantung situasinya. Proses multimedia tidak secara detail disebabkan oleh internet atau lebih tepatnya World Wide Web.Â
Selain itu, media yang awalnya tradisional juga semakin mengarah ke digital, dimana dapat mempermudah pertukaran konten pada multimedia. Namun, dengan kemudahan tersebut juga dapat menimbulkan masalah pada jurnalis berkaitan dengan etika maupun estetika.Â
Masalah mengenai etika dan estetika yang muncul biasanya disebabkan karena menyalin hasil tulisan orang lain, kurangnya kreativitas, ketergantungan pada pihak eksternal, dan sebagainya.Â
Clickbait
Permasalahan etika pada jurnalis tidak hanya sekedar mengenai menyalin hasil karya tulis orang lain, namun juga data yang diberikan harus sesuai dengan fakta.
Seringkali isi artikel dengan judul memiliki fakta yang berbeda, terutama sering terjadi pada media online. Hal inilah yang sering menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Judul artikel atau berita yang ada pada media online, biasanya dapat membuat orang penasaran atau membuat orang bingung sehingga berakhir membuat orang merasa tertarik untuk membuka tautan dari berita tersebut.
Judul artikel yang menggunakan bahasa provokatif untuk menarik perhatian dari pembaca biasa disebut dengan clickbait.