Mohon tunggu...
Yosi DiahPramesthi
Yosi DiahPramesthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Learning how to write an article

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mangut Lele Mbah Marto, Makanan di Bantul yang Melegenda

11 Desember 2021   15:13 Diperbarui: 12 Desember 2021   02:28 3801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan mangut lele yang dijual di warung Mangut Lele Mbah Marto di Bantul, Yogyakarta. Foto: Silvita Agmasari/Kompas.com

Asap khas sisa dari pembakaran kayu menerobos keluar dari ventilasi warung makan rumahan yang berada tepat di tengah pemukiman warga. Hal yang pertama dituju oleh orang-orang yang datang ke warung makan rumahan ini adalah pawonnya. 

Dinding batu bata yang menghitam dengan tungku-tungku kayu yang berjejeran mempunyai ciri khas tersendiri di pawon ini. Di samping tungku yang berjejer, terdapat lincak kayu berisikan baskom besar yang memuat menu andalan di pawon ini, yaitu mangut lele.

Itulah warung Mbah Marto. Warung yang berkonsep prasmanan atau open house yang tradisional ini tak pernah sepi pengunjung. Dengan suasana yang homey, kita bisa mengambil mangut lele yang sudah ditata apik di atas lincak atau kursi kayu khas jawa langsung dari dapur pembuatannya. Tak hanya mangut lele, disini juga terdapat makanan pendamping lainnya seperti krecek, gudeg nangka, garang asam, serta opor ayam.

Hal yang menarik dari warung ini adalah pawon atau dapur milik Mbah Marto yang digunakan untuk memasak mangut lele masih tergolong tradisional. 

Semua alat yang digunakan untuk mengolah masakan persis seperti dapur jawa jaman dahulu. Masih menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu yang sangat khas dan sederhana.

Dapur Warung Mangut Lele Mbah Marto Yang Tradisional (Dokumentasi Pribadi)
Dapur Warung Mangut Lele Mbah Marto Yang Tradisional (Dokumentasi Pribadi)

Hal menarik selanjutnya dari warung  ini adalah cara memasaknya. Di Warung Mangut Lele Mbah Marto, ikan lele  diasap terlebih dahulu bukan digoreng. Saat diasap, lele ditusuk terlebih dahulu menggunakan tulang daun kelapa agar tetap lurus sempurna. 

Mbah Marto mengatakan bahwa proses pengasapannya pun harus menggunakan arang yang berasal sabut kelapa agar rasanya lebih khas. Bumbu mangut lele sendiri terdiri dari santan, cabai rawit, petai, daun salam, bawang merah, bawang putih, kencur, gula merah, kemiri, jahe serta daun jeruk. 

Bumbu-bumbu tersebut diolah dengan cara tradisional yakni diulek di cobek batu agar lebih beraroma. Setelah itu, lele dimasak di atas tungku kayu hingga matang. 

Saat sudah matang pun mangut lele masih dibiarkan di atas tungku agar tetap hangat. Hal ini berlaku juga untuk hidangan pendamping lainnya.

"Ya memang seperti ini cara masaknya, pakai kayu, rasanya beda dan lebih khas daripada memakai kompor," kata Ana, selaku menantu Mbah Marto yang membantu mengurusi warung makan. 

Ana juga mengatakan bahwa setiap harinya Warung Mangut Lele Mbah Marto ini mengolah kurang lebih 30 kilogram lele. Lele yang dipilih adalah lele yang siap umur, berukuran besar dan segar.

Rasa dan aroma dari Mangut Lele Mbah Marto begitu khas. Rasanya tidak pernah berubah sedari dulu karena resepnya langsung dari Mbah Marto sendiri. 

Saat kita memakannya, aroma dari proses pengasapan masih tercium. Apalagi ditambah dengan bumbu yang kaya rempah membuat euphoria tersendiri di dalam mulut.

Rasa gurih yang berasal dari santan dan bumbu lainnya meresap ke dalam daging lele yang empuk karena dimasak dengan tepat. Kuah mangut lele yang berwarna merah keoranyean memanjakan lidah karena rasanya yang pedas dan gurih. 

Mangut lele ditambah dengan krecek, gudek, sambal goreng serta menu pelengkap lainnya adalah kombinasi yang sempurna. Akan tetapi bagi yang tidak dapat menyantap masakan pedas, mangut lele ini masih bisa dinikmati karena rasa pedasnya tidak terlalu menusuk. Kalian juga bisa mengurangi kuantitas dari kuahnya agar tidak terlalu pedas.

Mangut Lele Mbah Marto ini sudah ada sejak zaman Belanda masih menjajah. Awal mulanya, Mbah Marto menjajakan mangut lelenya dengan menggunakan gerobak dan berkeliling dari desa ke desa hingga Alun-Alun Yogyakarta. Akan tetapi karena usianya yang sudah senja, Mbah Marto memutuskan untuk membuka warung mangut lele sederhana di rumahnya.

Warung Mangut Lele Mbah Marto terletak di Ngireng-ireng, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Untuk menuju ke warung ini cukup sulit karena lokasinya berada tersembunyi di tengah desa. 

Meski letaknya yang tak berada di daerah strategis, tetapi kelezatan dari mangut lele ini tetap mengundang siapapun untuk datang. Banyak artis dan orang penting yang sudah pernah berkunjung dan foronta pun dipajang apik di dinding warung, seperti Atta Halilintar, Aurel Hermansyah, Awkarin, Bambang Pamungkas dan masih banyak lagi.

Untuk harganya sendiri relatif murah untuk seukuran makanan yang legendaris, kalian cukup merogoh Rp 25.000,- untuk menikmati seporsi mangut lele beserta gudeg, krecek, dan menu pelengkap lainnya. Untuk minumannya sendiri standar seperti warung makan pada umumnya dengan kisaran harga Rp 2.500,-. Warung makan ini buka mulai pukul 11.00-20.00 WIB.

Mangut Lele sendiri menyajikan rasa nostalgia dan memanjakan lidah, serta membuat rindu siapapun yang pernah mencobanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun