Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pelatih, dari Era ke Siklus

24 Agustus 2025   05:56 Diperbarui: 25 Agustus 2025   10:46 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AFP/PAUL ELLIS  via KOMPAS.com

Dalam sepak bola, khususnya di level antarklub, siklus periode naik-turun, yang biasa terjadi pada sebuah tim. Sekalipun seorang pelatih bisa bertahan sampai 20 tahun lebih, tetap saja ada siklus naik-turun.

Di Inggris, situasi ini pernah terjadi pada Arsene Wenger di Arsenal, dan Sir Alex Ferguson di Manchester United. Keduanya sama-sama bertugas selama 20 tahun lebih di klub masing-masing

Si Profesor menghadirkan siklus naik di dekade pertamanya bersama The Gunners, dengan titik puncak juara Liga Inggris tanpa kalah di tahun 2004.

Bergeser ke Manchester, Sir Alex Ferguson menandai titik puncak siklus dengan sepasang trofi Liga Champions. Di tahun 1999, Fergie meraih trofi Si Kuping Besar, yang sekaligus melengkapi Treble Winner dan masa puncak kejayaan Class of 92 angkatan David Beckham dkk.

Setelahnya, MU sempat mengalami masa naik-turun, sebelum akhirnya meraih gelar Liga Champions tahun 2008, dengan Cristiano Ronaldo muncul sebagai peraih Ballon D'Or di tahun yang sama.

Di era kekinian, pelatih yang bisa bertahan sampai lebih dari dua dekade sudah tak relevan, karena sepak bola modern sudah lebih fokus pada proyek olahraga jangka panjang dan target prestasi klub, ketimbang figur pelatih.

Meski begitu, keberadaan siklus periode ini tetap ada. Hanya saja, perjalanan dari satu siklus ke siklus lain lebih mudah dikenali, karena seorang pelatih cenderung hanya menjalani satu siklus, dalam satu periode tugas.

Juergen Klopp menjadi satu kasus unik, karena ia menjalani satu siklus naik-turun di Borussia Dortmund (2008-2015) dan Liverpool (2015-2024). Di Dortmund, sepasang gelar Bundesliga Jerman jadi penanda, sementara di Liverpool, trofi Liga Champions dan Liga Inggris menjadi titik puncak.

Pelatih asal Jerman ini menghadirkan satu gambaran soal seberapa drastis pergeseran tren "keawetan" pelatih. Dari yang tadinya butuh waktu sampai puluhan tahun agar bisa disebut awet, menjadi "hanya" 5 tahun (atau lebih) masa tugas.

Di sini, klub cenderung menghindari risiko penurunan performa, khususnya setelah satu periode panjang seorang pelatih selesai. Keberadaan pelatih yang bertugas terlalu lama memang bisa jadi gambaran kestabilan, tapi ia menyimpan bahaya laten, yang biasa muncul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun