Situasi ini menjadi gambaran sekaligus risiko umum buat pemain diaspora Indonesia, khususnya mereka yang menjadi WNI dalam posisi masih merintis karier bermain atau belum cukup stabil di klub.
Di satu sisi, pemain-pemain diaspora Indonesia seusia Rafael Struick dan Jens Raven bisa membantu penguatan tim di level kelompok umur. Jika semuanya berjalan lancar, mereka juga bisa menjadi tambahan amunisi lini depan di tim senior.
Ada harapan jangka panjang di sini, mengingat usia dan performa mereka di level junior, tapi harapan itu harus dibayar dengan rumitnya kesempatan bermain, khususnya jika tetap di Eropa. Ini sudah terjadi sejak era Irfan Bachdim sampai Ezra Walian.
Praktis, kita tinggal berharap, Rafa dan Raven tetap bisa berkembang di Liga Indonesia, supaya mereka tetap bisa diandalkan Timnas Indonesia di masa depan.
Pepatah mengatakan, nasi sudah menjadi bubur. Maka, berhubung nasi sudah menjadi bubur, saatnya meracik bubur ayam yang lezat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI