Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendaki Gunung, Beda Masa, Beda Cerita

11 Juni 2025   08:07 Diperbarui: 11 Juni 2025   08:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika bisa digarap serius, potensi manfaatnya memang besar, khususnya bagi masyarakat sekitar. Di Indonesia sendiri, ada ratusan gunung yang tersebar dari Aceh sampai Papua, lengkap dengan aneka keunikan masing-masing, termasuk kearifan lokal masyarakat setempat.

Indonesia bahkan punya gunung Tambora (Nusa Tenggara Barat) dan gunung Krakatau, yang pernah punya catatan erupsi terdahsyat di dunia pada masanya. Potensi sebesar ini bisa menjadi aset berharga, selama bisa dioptimalkan, tanpa harus merusak alam di sekitarnya.

Maka, untuk bisa sampai ke sana, pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu lebih serius mengedukasi para pendaki, khususnya mereka yang masih pemula, atau baru mulai hobi karena terpengaruh tren di media sosial, supaya tetap tertib.

Ada juga batasan tentang gunung mana yang boleh didaki maupun tidak. Ada juga batasan tentang rute, seperti pada gunung Merapi (2.930 meter di atas permukaan laut) di perbatasan Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta, yang hanya dibatasi sampai Pos Pasar Bubrah (Pos 4) karena potensi bahaya aktivitas vulkanik di puncak gunung.

Di sudut lain pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Timur, terdapat setidaknya empat gunung yang dilarang didaki, yakni gunung Piramid, Gul-gulan dan Saeng (terletak di kawasan perbukitan lereng gunung Argopuro) di Kabupaten Bondowoso. Meski ketinggiannya berada di kisaran 1.200-1.500 mdpl, atau hanya sekitar separuh dari gunung Argopuro (3.088 mdpl) yang dikenal memiliki trek pendakian panjang, jalur pendakian yang ekstrem, dan statusnya yang bukan objek wisata membuat ketiga gunung ini dilarang didaki.

Faktor serupa juga menjadi alasan gunung Baluran terlarang untuk didaki. Hanya saja, gunung bertinggi 1.247 mdpl ini juga  merupakan bagian dari Taman Nasional Baluran, yang memang perlu dijaga kelestarian ekosistemnya.

Ketertiban menjadi aspek rawan sekaligus penting, khususnya di era kekinian, karena potensi dampak negatifnya cukup besar. Selain  faktor alam yang kadang tak terduga, faktor perilaku negatif manusia juga perlu diwaspadai.

Diluar contoh klasik seperti perilaku buang sampah sembarangan, tren munculnya biro "open trip" ilegal menjadi satu titik rawan. Sudah ada banyak kasus pendaki gunung yang kena tipu atau gagal mendaki karenanya. Ada juga kegaduhan akibat perilaku "booking" area kemping, yang perlu segera ditertibkan, misalnya dengan membuat area kemping resmi, seperti halnya basecamp pendakian di lereng gunung.

Menariknya, di tengah berbagai dinamika yang terjadi, tren mendaki gunung menjadi sebuah potret jujur, bagaimana seleksi alam bekerja, bahkan lewat perilaku manusianya. Dari tujuan awal mereka, kadang terlihat juga bagaimana perkembangan berikutnya.

Mereka yang hanya mengikuti tren, akan surut saat tren itu surut, begitu juga dengan mereka yang hanya mencari profit. Praktis, satu-satunya yang bisa bertahan dan berkembang adalah mereka yang memang menemukan dirinya di sana

Pada akhirnya, mendaki gunung sendiri bukan sebuah lomba layaknya Olimpiade yang memang punya motto "Citius, Altius, Fortius" (bahasa Latin: Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat), juga bukan soal seberapa banyak gunung yang didaki. Ini adalah sebentuk proses mengenali diri dalam bungkus "healing" dan keindahan alam sebagai bonusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun