Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manuver Gerilya ala Manchester United

9 April 2024   21:58 Diperbarui: 11 April 2024   09:00 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Reaksi pelatih Man United, Erik ten Hag, dalam lanjutan Liga Inggris 2023-2024 antara Man City vs Man United di Stadion Etihad pada 3 Maret 2024.(Psul Ellis/AFP via Kompas.com)

Dalam beberapa pekan terakhir, Manchester United cukup aktif bergerak mencari kandidat pelatih baru. Dengan performa tim yang secara umum lumayan jeblok di musim 2023-2024, pergantian pelatih tampaknya akan jadi solusi bersama perombakan tim.

Meski baru tahap penjajakan, nama-nama yang sudah ketahuan masuk radar cukup mengejutkan. Ada Gareth Southgate (Timnas Inggris), Gary O'Neil (Wolverhampton), Thiago Motta (Bologna), dan pelatih senior Sam Allardyce.

Dari keempat nama ini, Sam Allardyce menjadi kejutan, karena pelatih kelahiran tahun 1954 ini banyak berpengalaman menangani tim papan tengah Liga Inggris. Tim terakhir yang dilatihnya adalah Leeds United (2023).

Rumor soal Big Sam sendiri muncul, setelah dirinya tertangkap kamera mendampingi Sir Jim Ratcliffe (pemegang saham minoritas klub) di tribun Stadion Old Trafford, dalam laga melawan Liverpool, akhir pekan lalu.

(Thesun.co.uk)
(Thesun.co.uk)


Nama eks pelatih Newcastle United ini agaknya masuk rencana jangka pendek, sementara sisanya jangka menengah atau panjang.

Tapi, rekam jejak tiga nama yang masuk radar cukup beragam. Thiago Motta sedang naik daun karena berpeluang lolos ke Eropa bersama Bologna, klub medioker Liga Italia.

Gary O'Neil berhasil membawa Wolverhampton stabil di papan tengah Liga Inggris. Sementara itu, Gareth Southgate berhasil membawa Timnas Inggris lolos ke semifinal Piala Dunia 2018 dan final Euro 2020.

Secara umum, nama-nama yang muncul sejauh ini mungkin bukan pelatih tenar, tapi manuver gerilya Manchester United dalam mencari pelatih baru sedikit menggambarkan, bagaimana situasi yang sedang berjalan.

Meski masih menjadi klub besar secara profil, kekacauan yang terus bergulir membuat daya tarik mereka pelan-pelan memudar.

Tak ada lagi pelatih top yang dengan yakin mau melatih di sana, karena secara proyek olahraga, mereka benar-benar kacau. Tak ada lagi kepercayaan diri yang membuat klub kesayangan Manchunian berani mendekati pelatih top atau pemain bintang kelas satu.

Saking kacaunya, pelatih dengan pengalaman pernah juara Liga Champions seperti Louis Van Gaal dan Jose Mourinho terlihat seperti pelatih amatir. Begitu juga dengan Erik Ten Hag, yang pernah membawa Ajax Amsterdam ke semifinal Liga Champions.

Banyak transfer flop, ruang ganti bermasalah, dan masih ada ekspektasi tinggi tapi serba serampangan. Tim ini bahkan baru berencana menata ulang rencana tim, sejak Sir Jim Ratcliffe masuk.

Diluar urusan tim yang kacau, ide mengganti pelatih semakin masuk akal, karena pelatih yang cenderung "demanding" seperti Erik Ten Hag pada akhirnya membuat klub harus mulai memperhatikan neraca keuangan.

Meski secara profit masih besar, ketatnya pengawasan kinerja neraca keuangan klub di Liga Inggris belakangan ini jelas membuat keberadaan Ten Hag tidak lagi relevan. Sudah begitu, pelatih asal Belanda ini juga seperti tidak punya Rencana B.

Setelah finis di posisi tiga besar Liga Inggris musim lalu, The Red Devils seperti kelimpungan saat Lisandro Martinez dibekap cedera panjang dan Raphael Varane sering cedera kambuhan. Dengan inkonsistensi yang cukup konsisten, ditambah dana ratusan juta pounds yang lebih banyak menghasilkan transfer flop, perubahan memang perlu disegerakan.

Tapi, sepanjang rencana perubahan itu tidak diikuti dengan penyesuaian ekspektasi, rasanya manuver gerilya MU di bawah Sir Jim Ratcliffe akan menciptakan cerita yang sama: gagal dan gagal lagi.

Di sisi lain, dengan inkonsistensi sedemikian parah, memang sudah waktunya Manchester United dan Manchunian menata ulang semuanya dengan sudut pandang realistis.

Dengan banyaknya transfer flop, inkonsistensi dan gesekan dalam tim, sudah saatnya bayangan soal era sukses Sir Alex Ferguson dilupakan. Selama tim ini masih belum bisa move on, selama itu juga inkonsistensi masih jadi penyakit.

Masa lalu yang cemerlang memang keren, tapi ia ada bukan untuk dihidupi. Apa yang sudah berlalu hanya akan hidup dalam bayangan, dan tak bisa lagi kembali hidup, karena yang masih benar-benar hidup hanya realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun