Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ruben Amorim, Bukan Jose Mourinho atau AVB Baru

3 April 2024   23:26 Diperbarui: 5 April 2024   08:39 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Sporting CP Ruben Amorim dikabarkan diminati untuk menjadi pelatih di Liverpool, Barcelona, dan Bayern Muenchen. (AFP/FABRICE COFFRINI via Kompas.id)

Seiring keputusan bertahan Xabi Alonso di Bayer Leverkusen, nama Ruben Amorim kini muncul sebagai kandidat pengganti Juergen Klopp di pos pelatih Liverpool. Selain Liverpool, Amorim juga masuk radar Barcelona dan Bayern Munich.

Boleh dibilang, pelatih Sporting Lisbon ini sedang menjadi "properti panas" baru di sepak bola Eropa. Peluangnya pindah juga cukup terbuka, karena klub ibu kota Portugal itu mematok klausul pelepasan senilai 15 juta euro untuk sang pelatih.

Dalam konteks pelatih lokal asal Portugal, nama Amorim bisa dibilang merupakan pelatih berbakat ketiga yang mencuat di sana, khususnya sejak dua dekade terakhir. Sebelumnya, sudah ada Jose Mourinho dan Andre Villas Boas (AVB) yang lebih dulu muncul.

Skuad Sporting Lisbon beramai-ramai mengangkat pelatih Ruben Amorim dalam perayaan juara Liga Portugal musim 2020-2021 (BBC.com)
Skuad Sporting Lisbon beramai-ramai mengangkat pelatih Ruben Amorim dalam perayaan juara Liga Portugal musim 2020-2021 (BBC.com)

Uniknya, seperti halnya Mourinho dan Andre Villas Boas, Amorim juga memulai karier sebagai pelatih di usia relatif muda, dan mulai mengembangkan reputasinya di klub raksasa Liga Portugal.


Tapi, berbeda dengan dua pendahulunya, yang sama-sama "mekar" di FC Porto, karier kepelatihan pria kelahiran tahun 1985 ini mekar di Sporting Lisbon, klub raksasa Portugal yang secara finansial tak sestabil FC Porto dan Benfica, tapi terkenal jago mencetak pemain bintang.

Dari segi karier sebelum melatih, Amorim juga punya latar belakang berbeda dengan Mou maupun Andre Villas Boas. Tidak seperti Mou yang hanya bermain di klub semenjana, atau Andre Villas Boas yang langsung memulai karier sebagai staf kepelatihan di usia remaja, Amorim menghabiskan sebagian besar karier bermain di Benfica, klub raksasa Portugal.

Jose Mourinho dan Andre Villas Boas (Express.co.uk)
Jose Mourinho dan Andre Villas Boas (Express.co.uk)
Bersama As Aguias, 3 gelar Liga Portugal, 1 gelar Taca de Portugal, dan 5 titel Taca de La Liga berhasil diraihnya. Di level Eropa, final Liga Europa pernah dicicipi pada musim 2013-2014. Sayangnya, Benfica kala itu kalah adu penalti atas Sevilla.

Di level internasional, Amorim yang semasa bermain merupakan seorang gelandang pernah memperkuat Timnas Portugal di berbagai level usia. Dirinya juga pernah menjadi anggota Tim Seleccao di Piala Dunia 2010 (menggantikan Luis Nani yang cedera) dan 2014.

Setelah pensiun dini pada tahun 2017 dan mengambil kursus kepelatihan, Amorim memulai karier sebagai pelatih di Casa Pia, klub kasta ketiga Liga Portugal pada musim 2018-2019. Sayang, kiprahnya di sana hanya bertahan setahun, karena masalah lisensi kepelatihan.

Beruntung, pada September 2019, kesempatan lain datang, saat Braga menunjuknya sebagai pelatih tim B. Peruntungan pelatih kelahiran Lisbon ini berlanjut, ketika klub menunjuknya sebagai pelatih tim utama di bulan Desember.

Disinilah kehebatan sang juru taktik mulai muncul ke permukaan. Di bawah arahannya, Minhotos berhasil menjuarai Taca de La Liga musim 2019-2020 dan lolos ke fase gugur Liga Europa.

Dampak positifnya di Braga sendiri terbilang instan, karena terjadi dalam kurun waktu sekitar dua bulan sejak bertugas. Uniknya, seperti di Tim B, karier kepelatihannya di tim utama Braga juga hanya berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

Tak lama setelah membawa Ricardo Horta cs juara Taca de La Liga, Sporting Lisbon memboyongnya sebagai pelatih pada bulan Maret 2020, dengan ongkos 10 juta euro.

Sepintas, keputusan manajemen Os Leoes ini terlihat sembrono, karena berani bayar mahal untuk mendatangkan seorang pelatih yang secara pengalaman masih setara "anak magang" di kompetisi kasta tertinggi Liga Portugal.

Tapi, perjalanan waktu membuktikan, ini adalah satu langkah cerdas. Meski secara finansial tak cukup kuat, Amorim mampu memoles Tim Singa menjadi satu tim tangguh.

Dengan pola andalan 3-4-3 dan strategi "pressing" ketat, tim yang antara lain bermaterikan pemain macam Joao Palhinha (kini di Fulham), Matheus Nunes (kini di Manchester City) dan Pedro Porro (kini di Tottenham Hotspur) mampu mengusik duopoli Benfica dan FC Porto di Primeira Liga Portugal.

Di musim 2020-2021, Sporting Lisbon dibawa sang pelatih muda mengawinkan titel Liga Portugal dan Taca de La Liga. Gelar liga ini menjadi yang pertama buat Sporting sejak 2002. Capaian ini sekaligus mengembalikan posisi tim masa muda Cristiano Ronaldo sebagai tim kuat di Portugal.

Kembalinya posisi Tim Hijau-Putih sebagai pesaing Porto dan Benfica di liga Portugal juga diikuti dengan performa menjanjikan di Eropa. Pada musim 2021-2022, Sporting mampu mencapai perdelapan final Liga Champions, dan lolos ke babak delapan besar Liga Europa musim 2022-2023, setelah pada prosesnya menyingkirkan Arsenal di babak adu penalti.

Pada musim 2023-2024, babak perdelapan final Liga Europa mampu digapai, meski akhirnya tersingkir di tangan Atalanta (Italia). Secara performa, ini terbilang menurun dibanding musim sebelumnya.

Tapi, dibalik penurunan ini, ada satu peningkatan performa cukup tajam di kompetisi domestik, karena Viktor Gyokeres dkk mampu mencapai final Taca de Portugal, semifinal Taca de La Liga, dan bersaing ketat dengan Benfica di pacuan juara liga. Dengan kata lain, ada peluang buat Sporting Lisbon meraih "Treble Winner" domestik.

Kehebatan Amorim sebagai pelatih juga terasah dengan baik di Estdio Jose Alvalade, karena selain mampu merancang strategi, ia juga mampu menemukan talenta pemain berkualitas.

Bisa dibilang, ia tidak terlalu tergantung pada satu-dua pemain bintang, dan cepat beradaptasi dengan perubahan komposisi pemain dalam tim. Fleksibilitas ini turut membantu tim secara finansial, tanpa melemahkan kekuatan tim secara kompetitif.

Terbukti, Sporting tetap bisa bersaing di liga, meski pemain-pemain kunci macam Palhinha, Nunes dan Porro dijual ke klub Liga Inggris, karena mendapat pengganti sepadan dalam diri Manuel Ugarte (Uruguay, kini di PSG), Francisco Trincao, Morten Hjulmand (Denmark), dan Hidemasa Morita (Jepang) di lini tengah.

Di lini depan, ada Viktor Gyokeres (Swedia) yang sedang ditaksir Arsenal, yang menciptakan duet ampuh bersama Pedro Gonalves, top skor Liga Portugal musim 2020-2021.


Sebastian Coates, Goncalo Inacio, dan Viktor Gyokeres (Gettyimages.co.uk)
Sebastian Coates, Goncalo Inacio, dan Viktor Gyokeres (Gettyimages.co.uk)
Komposisi tim "Verde e Brancos" di musim 2023-2024 juga terlihat lebih komplet, karena lini belakang mereka juga diperkuat Goncalo Inacio dan Ousmane Diomande (Pantai Gading) dua bek tengah potensial yang sedang naik daun.

Selain mampu mengasah talenta pemain muda, kehebatan Amorim sebagai pelatih juga terlihat, dari kemampuannya memadukan pemain muda dan senior di tim.

Terbukti, pemain-pemain senior seperti Antonio Adan (36) dan Sebastian Coates (33) masih menjadi pemain andalan di tim, dengan masing-masing menjadi kapten ketiga dan kapten utama tim.

Dengan rekam jejak seperti ini, wajar jika klub-klub besar Eropa membidik Amorim sebagai pelatih baru. Dengan usianya yang masih muda sebagai pelatih, eks pemain Belenenses ini juga bisa menjadi prospek jangka panjang.

Memang, masih ada kemungkinan untuk Amorim menjadi seperti Andre Villas Boas, pelatih muda berbakat yang tampak redup setelah gagal di tantangan level tinggi pertamanya.

Tapi, dengan rekam jejaknya di Braga dan Sporting Lisbon, klub yang secara finansial tidak cukup bagus, Amorim bisa menjadi pelatih jempolan versi lain dari Portugal, karena sejak awal sudah ditempa dalam situasi kurang ideal.

Otomatis, perbandingan dengan Jose Mourinho menjadi tidak relevan, karena The Special One cenderung kering prestasi, di klub yang secara finansial tidak cukup kuat.

Dengan kata lain, Amorim sedang menuju fase menentukan dalam karier kepelatihannya, terutama ketika keputusan pergi dari klub masa muda Luis Figo sudah diambil.

Jika klub itu cukup sabar, rasanya kisah sukses seperti di Lisbon tidak sulit untuk diulang, bahkan dengan level lebih tinggi. Tapi, jika klub itu cenderung tidak sabaran, rasanya Amorim akan jadi AVB lain di Eropa.

Menarik dilihat, bagaimana arah perjalanan karier melatih seorang Ruben Amorim, khususnya setelah hari-harinya sebagai pelatih Sporting Lisbon selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun