Kehebatan Amorim sebagai pelatih juga terasah dengan baik di Estdio Jose Alvalade, karena selain mampu merancang strategi, ia juga mampu menemukan talenta pemain berkualitas.
Bisa dibilang, ia tidak terlalu tergantung pada satu-dua pemain bintang, dan cepat beradaptasi dengan perubahan komposisi pemain dalam tim. Fleksibilitas ini turut membantu tim secara finansial, tanpa melemahkan kekuatan tim secara kompetitif.
Terbukti, Sporting tetap bisa bersaing di liga, meski pemain-pemain kunci macam Palhinha, Nunes dan Porro dijual ke klub Liga Inggris, karena mendapat pengganti sepadan dalam diri Manuel Ugarte (Uruguay, kini di PSG), Francisco Trincao, Morten Hjulmand (Denmark), dan Hidemasa Morita (Jepang) di lini tengah.
Di lini depan, ada Viktor Gyokeres (Swedia) yang sedang ditaksir Arsenal, yang menciptakan duet ampuh bersama Pedro Gonalves, top skor Liga Portugal musim 2020-2021.
Komposisi tim "Verde e Brancos" di musim 2023-2024 juga terlihat lebih komplet, karena lini belakang mereka juga diperkuat Goncalo Inacio dan Ousmane Diomande (Pantai Gading) dua bek tengah potensial yang sedang naik daun.
Selain mampu mengasah talenta pemain muda, kehebatan Amorim sebagai pelatih juga terlihat, dari kemampuannya memadukan pemain muda dan senior di tim.
Terbukti, pemain-pemain senior seperti Antonio Adan (36) dan Sebastian Coates (33) masih menjadi pemain andalan di tim, dengan masing-masing menjadi kapten ketiga dan kapten utama tim.
Dengan rekam jejak seperti ini, wajar jika klub-klub besar Eropa membidik Amorim sebagai pelatih baru. Dengan usianya yang masih muda sebagai pelatih, eks pemain Belenenses ini juga bisa menjadi prospek jangka panjang.
Memang, masih ada kemungkinan untuk Amorim menjadi seperti Andre Villas Boas, pelatih muda berbakat yang tampak redup setelah gagal di tantangan level tinggi pertamanya.
Tapi, dengan rekam jejaknya di Braga dan Sporting Lisbon, klub yang secara finansial tidak cukup bagus, Amorim bisa menjadi pelatih jempolan versi lain dari Portugal, karena sejak awal sudah ditempa dalam situasi kurang ideal.
Otomatis, perbandingan dengan Jose Mourinho menjadi tidak relevan, karena The Special One cenderung kering prestasi, di klub yang secara finansial tidak cukup kuat.