Di sisi lain, fenomena minimnya minat menempuh studi lanjut juga menjadi satu potret muram pendidikan nasional, yang sejak lama terlalu berorientasi pada skor angka atau huruf ketimbang nilai.
Alhasil, pendidikan yang seharusnya bisa membangun karakter dan menaikkan kualitas, cenderung hanya menjadi satu prasyarat menggapai kewajiban profesional dan gengsi.
Makanya, tidak sedikit orang yang lupa dengan apa yang sudah dipelajari, segera setelah lulus studi. Sistemnya memang tercipta untuk itu.
Dengan ruwetnya situasi dan faktor yang ada, penambahan anggaran untuk beasiswa tidak akan serta merta memperbaiki keadaan. Akar masalahnya ada di sistem dan budaya yang kacau.
Selama akar masalah ini tidak ditangani, selama itu juga minat studi lanjut masih rendah. Sekalipun anggaran beasiswa ditambah berlipat-lipat, percuma, apalagi kalau prosedurnya masih rumit dan makan waktu terlalu lama. Penambahan kuantitas tanpa perbaikan kualitas hanya akan menambah masalah baru, cepat atau lambat.