Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Joki Ilmiah, Sebuah Potret Budaya

16 Februari 2023   15:52 Diperbarui: 16 Februari 2023   15:58 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan saat sekolah dulu, saya hanya memberi arahan seperlunya, karena  mereka punya kemampuan yang lebih memadai secara fisik, termasuk kemampuan mengetik cepat.

Meski terdengar tak biasa, pekerjaan ini menjadi satu cara saya "beradaptasi" dengan benturan syarat "sehat jasmani rohani" di berbagai kesempatan. Fisik boleh saja masih kena diskriminasi oleh sistem, tapi tidak dengan pikiran.

Mungkin, inilah salah satu buah dari sistem pendidikan yang lebih mementingkan angka dan skor akreditasi, ketimbang nilai dan pemberdayaan manusia.

Terlalu banyak orang yang diberi tekanan untuk meraih hasil maksimal, tapi tak ada arahan yang jelas, bahkan di tingkat mendasar. Dari akar rumputnya saja sudah begini, jangan kaget kalau di atasnya juga serupa.

Sistem ini seperti sebuah tim sepak bola yang dituntut menang di setiap pertandingan, tapi masih amburadul dalam hal keterampilan dasar seperti mengoper atau kerjasama tim. Tidak ada yang bisa diharapkan.

Jadi, ketika suatu saat saya bertemu lagi dengan fenomena semacam ini di dunia kerja, saya tidak kaget, karena sistem yang ada memang seperti itu.

Pada satu kesempatan, saat masih berkantor di pusat kota Jakarta, saya sempat dimintai seorang teman lama untuk membantunya mempersiapkan diri.

Waktu itu, ia sedang berusaha mencari pekerjaan di dalam kota Jakarta, dari yang sebelumnya bekerja di kota tetangga. Tentu saja, ada beragam pertimbangan di sini, termasuk jarak tempuh puluhan kilometer dari pinggiran kota, dengan tingkat kemacetan luar biasa tiap hari.

Sama seperti sebelumnya, alih-alih menjadi joki, saya membantunya mempersiapkan diri dengan arahan dan masukan seperlunya. Dari sini, saya tidak memanjakan, karena bukan saya yang menyiapkan segalanya.

Ketika akhirnya itu sukses, sekali lagi saya bersyukur, karena bisa kembali membantu teman. Setidaknya kemampuan yang saya punya tidak terus-terusan terjebak di tubuh yang salah, tapi bisa lebih bermanfaat di tubuh yang tepat.

Terlepas dari kebobrokan yang mungkin ada, fenomena perjokian, termasuk yang beberapa kali saya alami, memang ada dan nyata. Ia adalah satu hal yang ada di setiap level, dan membudaya seperti halnya korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun