Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menikmati Duel "Semifinal Rasa Final"

17 April 2022   09:55 Diperbarui: 17 April 2022   20:51 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Liverpool merayakan gol Sadio Mane ke gawang Manchester City dalam laga semifinal Piala FA, Man City vs Liverpool, di Wembley Stadium, Sabtu (16/4/2022) malam WIB.(AFP/NUR PHOTO/Mi News via KOMPAS.com)

Dalam sebuah turnamen sepak bola, partai final biasanya menjadi sajian utama. Maklum, dua tim yang bertemu adalah tim yang mampu bertahan dari awal hingga akhir.

Tapi, ada juga pertandingan berkualitas layaknya partai final, yang tersaji sebelum babak final digelar. Makanya, pertandingan ini layak disebut "pertandingan rasa final".

Salah satu "pertandingan rasa final" itu tersaji di babak semifinal Piala FA, Sabtu (16/4), antara Manchester City vs Liverpool di Stadion Wembley.

Pertandingan yang digelar di kota London ini memang serasa laga final, karena kedua tim memang sedang bersaing ketat di pacuan gelar Liga Inggris. Di Eropa, mereka juga sama-sama lolos ke babak semifinal Liga Champions.

Tak heran, saat kedua tim terundi berhadapan di babak semifinal Piala FA, ada yang menyebutnya sebagai final dini.

Secara permainan, pertandingan ini juga berjalan menarik. Kedua tim saling serang sejak awal hingga akhir, dan memegang momentum masing-masing di kedua babak.

Liverpool yang tampil dengan kekuatan penuh, langsung coba menggebrak pertahanan City sejak menit-menit awal. Dengan mengandalkan gegenpressing seperti biasa, mereka mampu membuat permainan lawan tak berkembang.

Hasilnya, dua gol langsung tercipta di menit ke 10 dan 17. Gol pertama hadir dari sundulan Ibrahima Konate, hasil umpan sepak pojok Andy Robertson.

Ini merupakan gol ketiga beruntun bek asal Prancis, setelah sebelumnya mencetak dua gol beruntun dalam dua leg pertandingan perempatfinal Liga Champions melawan Benfica. Uniknya, kedua gol Ibou tercipta juga lewat sundulan, memanfaatkan umpan sepak pojok.

Gol ini memantik semangat anak asuh Juergen Klopp untuk terus menekan Si Biru Langit, yang tampak panik akibat ditekan secara konstan.

Akibatnya, tim yang biasanya nyaman memegang penguasaan bola, terpaksa harus kehilangan satu aspek, yang menjadi satu pijakan mereka.

Puncak kepanikan itu hadir, saat Zack Steffen melakukan blunder. Bermaksud untuk menggocek bola sambil men-delay tempo permainan, bola yang dikuasai kiper asal Amerika Serikat ini mampu diserobot dan diceploskan Sadio Mane.

Setelahnya, permainan anak asuh Pep Guardiola memang mulai berkembang, tapi Si Merah sedang menemukan "moment of genius" nya di babak pertama, dengan mampu mengontrol situasi.

Babak pertama sendiri ditutup dengan sempurna oleh The Kop, setelah Sadio Mane kembali mencetak gol di menit akhir. Memanfaatkan umpan terukur Thiago Alcantara, bintang Timnas Senegal itu melepas tembakan keras yang membuat Liverpool unggul 3-0.

Di babak kedua, giliran Manchester City yang pegang kendali. Tak lama setelah rehat, Jack Grealish menjebol gawang Alisson lewat sepakan terukur, memanfaatkan umpan Gabriel Jesus.

Setelahnya, John Stones dkk mampu membuat sejumlah peluang. Liverpool sendiri tak mau kalah set, dengan sesekali juga membuat peluang, termasuk saat tendangan Mohamed Salah menerpa jaring luar gawang City.
Sayang, tak ada gol keempat yang tercipta.

Manchester City-lah yang justru mampu membuat gol di masa injury time babak kedua. Lewat sebuah skema serangan cepat, Riyad Mahrez yang masuk sebagai pemain pengganti melakukan aksi individu, yang ditutup dengan umpan tarik kepada Bernardo Silva.

Tanpa kesulitan, pemain asal Portugal itu menceploskan bola, dan membuat skor jadi 2-3. Tim milik Sheikh Mansour pun mendapat momentum positif, meski semua sudah terlambat. Di sisa waktu yang ada Virgil Van Dijk dkk mampu mempertahankan keunggulan sampai wasit meniup peluit panjang.

Kekalahan di Wembley ini jelas kurang mengenakkan buat Manchester City, setelah melakoni pertandingan sengit di Liga Champions melawan Atletico Madrid. Laga yang berakhir tanpa gol tapi ricuh itu rupanya menyisakan satu paket efek samping yang ternyata mengganggu.

Pertama, mereka bertanding di Wembley tanpa Kevin De Bruyne dan Kyle Walker yang tidak fit. Kedua, ada kelelahan mental yang masih terlihat di kubu The Eastlands, akibat pertarungan sengit itu.

Ini jelas berbeda dengan Liverpool yang tampak siap betul, karena melakukan rotasi besar-besaran saat menjamu Benfica di Anfield. Di sini, pertaruhan Klopp terbukti sukses, karena berhasil membuat tim asuhannya lolos ke final Piala FA.

Final kali ini menjadi yang pertama dalam 10 tahun terakhir. Penampilan terakhir rival sekota Everton di final Piala FA terjadi pada musim 2011/2012.

Kala itu, Steven Gerrard dkk melaju ke final, setelah pada prosesnya mengalahkan Manchester United dan Everton. Sayang, di laga puncak, tim asuhan Sir Kenny Dalglish ini takluk 1-2 dari Chelsea asuhan Roberto Di Matteo.

Dengan kekalahan ini, Manchester City praktis tinggal fokus berpacu di Liga Inggris dan semifinal Liga Champions, sementara itu Liverpool masih menjaga asa meraih gelar lainnya di musim ini, setelah sebelumnya meraih trofi Carabao Cup.

Mungkin ini terdengar agak berlebihan, tapi apa yang disajikan kedua tim telah menghadirkan sebuah laga "semifinal rasa final", karena menyajikan pertandingan menarik, dari tim berkualitas yang sama-sama ditangani pelatih jempolan. Benar-benar satu sajian istimewa di akhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun