Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Piala AFF 2020 dan Bahaya Laten Politisasi

28 Desember 2021   02:37 Diperbarui: 28 Desember 2021   02:41 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asnawi Mangkualam, Egy Maulana Vikri, dan Witan Sulaeman (Kompas.com)

Mereka seolah menjadi figur paling berjasa, tapi malah menampilkan kesan "mau enaknya saja", karena haus pujian, tapi enggan memberikan apresiasi atau dukungan layak. Tak heran, kritik pun bermunculan, terutama di dunia maya, sampai semua kekonyolan ini akhirnya berhenti.

Berhubung penyakit ini sudah membudaya, bukan kejutan lagi kalau nanti Timnas Indonesia akan mengalami kejadian serupa. Apapun hasil di final Piala AFF nanti, politisasi prestasi Witan Sulaeman dkk di Singapura, termasuk oleh petinggi PSSI, hampir menjadi satu kepastian.

Karenanya, kadang saya merasa ngeri. Baru lolos ke final saja sudah disambut meriah masyarakat, dan rawan dipolitisasi. Apa kabar kalau juara?

Kita semua paham, seberapa besar dahaga akan trofi juara, tapi mempolitisasi ini akan jadi buah simalakama, terutama buat para pemain.

Andai ternyata Tim Garuda kalah, pujian memang masih akan datang, karena mereka sudah berusaha keras, dan mampu membalik keraguan. Tapi, tetap saja ada rasa getir, karena Timnas Indonesia dipaksa patah hati lagi.

Andai bisa juara, puja-puji dan pundi-pundi sudah pasti datang bersama popularitas. Masalahnya, kalau sampai semua itu membuat mabuk kepayang, semua yang sudah dibangun dengan susah payah akan langsung berantakan.

Dari pengalaman yang sudah-sudah, tak banyak personel Timnas Indonesia (yang masuk final Piala AFF) yang bisa awet di Timnas. Jika usianya memang sudah senior, wajar saja, tapi jika si pemain masih muda, tragis sekali.

Bagi para pemain, final Piala AFF 2020 bisa menjadi saat kritis. Sekali "dirusak" oleh politisasi atau apapun itu, mereka akan sulit untuk bangkit lagi.

Ini berbeda dengan para politisi oportunis. Jika panggung Piala AFF surut, masih banyak panggung lain yang bisa dimanfaatkan.

Berhubung materi pemain tim asuhan Shin Tae-yong didominasi pemain muda, penting untuk memastikan mereka lolos dari jerat politisasi, apapun hasil di final Piala AFF.

Dengan usia yang kebanyakan masih muda, para pemain ini punya potensi untuk lebih berkembang. Sepanjang itu mampu dikembangkan dan dijaga dengan baik, Indonesia akan punya tim nasional yang layak diandalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun