Di sisi lain, performa lini depan saat menghadapi Singapura juga layak jadi sorotan. Bukan karena Witan mencetak gol, tapi karena penyerang yang diplot sebagai ujung tombak ternyata masih melempem.
Mulai dari Dedik Setiawan, Ezra Walian, sampai Hanis Saghara, semuanya kurang meyakinkan, sampai harus dimasukkan pelatih Shin Tae-yong secara bergantian. Mereka tak mampu menjalankan peran sebagai target man, karena sering kalah duel udara dengan bek Singapura.
Peran sebagai "penangkal petir" malah lebih sukses dijalankan oleh Elkan Baggott, yang beberapa kali unggul duel udara di kotak penalti Tim Singa. Dengan tinggi badan 195 cm dan postur tinggi besarnya, bek tengah blasteran Indonesia-Inggris ini tampak tak kesulitan saat berebut bola lambung.
Tentunya, ini akan jadi catatan menuju leg kedua nanti. Meski kurang meyakinkan dalam duel udara, kombinasi umpan cepat satu-dua bisa menjadi satu pilihan, karena terbukti telah menghasilkan gol ke gawang Singapura.
Strategi umpan cepat ini juga terbukti sangat dihindari lawan. Demi menggagalkan strategi ini, mereka sampai repot-repot melakukan beberapa kali pelanggaran.
Melihat situasinya, di leg kedua nanti, tim asuhan Shin Tae-yong perlu mencoba untuk memegang kendali permainan sejak awal. Minimal, bermain dengan tempo lebih cepat.
Jika kondisinya memungkinkan, Egy Maulana Vikri, yang sudah bergabung dengan Timnas Indonesia, layak diberi kesempatan bermain.
Selain karena punya kecepatan, pemain FK Senica ini merupakan tandem sepadan Witan Sulaeman sejak di Timnas level junior. Karenanya, menduetkan Egy dan Witan adalah satu opsi menarik.
Berhubung Egy belum pernah bermain di Piala AFF 2020, kehadirannya bisa menghasilkan efek kejutan. Selebihnya, tinggal apakah kondisinya sudah cukup fit untuk tampil sejak kick off di leg kedua.
Hasil imbang 1-1 melawan Singapura memang bukan hasil sempurna, tapi masih ada secercah harapan di leg kedua, sepanjang masalah yang muncul di leg pertama bisa diatasi.
Bisa, Garuda?