Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Upgrade Kualitas ala Liverpool

3 Desember 2021   22:44 Diperbarui: 12 Desember 2021   13:53 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, klub Manchester United banyak disorot, seiring kedatangan Ralf Ragnick sebagai pelatih interim. Langkah ini dianggap sebagai sebuah "upgrade kualitas" oleh sebagian pihak, karena pelatih asal Jerman itu dikenal sebagai pencetus sistem "gegenpressing".

Taktik ini merupakan taktik modern yang belakangan menjadi ciri khas Jerman. Dalam perjalanannya, kata kunci dari sistem ini, yakni "pressing" telah menjadi tren di sepak bola dunia.

Sebelum kedatangan Ragnick di Liga Inggris, sudah ada dua pelatih asal Jerman yang lebih dulu identik dengan taktik ini, yakni Juergen Klopp (Liverpool) dan Thomas Tuchel (Chelsea). Mereka berdua sama-sama terinspirasi dari eks pelatih Schalke, dan sama-sama sudah meraih trofi Liga Champions di klub masing-masing.

Kalau hanya melihat sorotan utama, sepertinya hanya Si Setan Merah saja yang melakukan "upgrade" kualitas. Tapi, ada tim lain, yakni Liverpool, yang pada saat hampir bersamaan ikut melakukan "upgrade" kualitas, dengan mendatangkan sosok baru di tim kepelatihan.

Meski agak luput dari perhatian, Si Merah meresmikan kedatangan Claudio Taffarel, sebagai pelatih kiper baru mereka, pada Kamis (1/12), tak lama sebelum Derby Merseyside, yang dimenangkan Mohamed Salah dkk dengan skor 4-1.

Diplot sebagai pelatih kiper bersama John Achterberg dan Jack Robinson, Taffarel hadir sebagai satu solusi ideal untuk meng-upgrade kualitas tim, khususnya di sektor penjaga gawang.

Mungkin ini terdengar agak berlebihan, karena John Achterberg dan Jack Robinson sebenarnya sudah bekerja dengan sangat baik. Tapi, dengan profil dan pengalamannya, sosok berusia 55 tahun ini bisa membantu tim naik ke level berikutnya.

Maklum, semasa bermain, Taffarel adalah kiper andalan Timnas Brasil, saat juara Piala Dunia 1994, dalam tim yang antara lain diperkuat Bebeto, Romario, dan Dunga. Meski gaya mainnya cenderung elegan, tidak nyentrik seperti Rene Higuita (Kolombia) atau Jose Luis Chilavert (Paraguay), ia tetap dipandang sebagai salah satu peletak dasar kriteria ideal kiper modern, berkat refleks, akurasi operan, dan penempatan posisi yang oke.

Keistimewaan eks kiper Parma ini juga berlanjut, saat dirinya menekuni peran sebagai pelatih kiper. Setelah sempat bergabung di Galatasaray, klub yang juga pernah dibelanya semasa bermain, sosok yang juga menjadi idola Alisson Becker (kiper utama Liverpool dan Timnas Brasil) ini lalu menjadi pelatih kiper Tim Samba sejak 2014, sebelum akhirnya merangkap tugas serupa di Liverpool.

Melihat profilnya, sudah jelas terlihat, peningkatan kualitas seperti apa yang bisa diberikan Taffa di tim asuhan Juergen Klopp. Khususnya, dalam upaya tim untuk bisa terus bersaing di level atas.

Meski awalnya didatangkan Klopp atas saran Alisson, kedatangan eks pelatih kiper dan pelatih interim Galatasaray ini mengindikasikan, kiper-kiper Liverpool nantinya akan diarahkan untuk dapat berperan sebagai kiper modern, dengan Alisson sebagai benchmark-nya.

Seperti diketahui, selain punya refleks yang oke, Alisson juga punya akurasi mengumpan yang baik. Kiper utama Timnas Brasil ini bahkan sudah pernah mencetak gol di Liga Inggris musim 2020/2021, saat sundulannya menjebol gawang West Brom.

Makanya, ia menjadi satu dari sedikit kiper yang pernah membuat gol dan assist di Liga Inggris. Gaya mainnya yang khas kiper modern, telah terbukti pas dengan sistem "gegenpressing" Klopp.

Perekrutan Taffarel sebagai pelatih kiper Liverpool semakin masuk akal, karena Liverpool juga mempunyai Marcelo Pitaluga di tim junior. Kiper asal Brasil ini diboyong dari Fluminense tahun lalu, karena duanggap berpotensi menjadi penerus Alisson di masa depan.

Untuk itulah, Taffarel dipandang sebagai solusi, untuk memperkuat sektor kiper dari segi sistem kepelatihan. Dengan demikian, pos bawah mistar Liverpool akan tetap baik-baik saja, andai Alisson suatu saat absen atau sudah hengkang.

Meski kadang luput dari perhatian, kedatangan sosok pelatih dengan peran spesifik seperti Taffarel, sejatinya tak kalah penting dari transfer pemain atau pelatih kepala. Karena, di balik ketangguhan seorang kiper hebat, ada peran besar pelatih kiper jempolan dalam prosesnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun