Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Disabilitas, Secuil Sudut Pandang

3 Desember 2021   11:34 Diperbarui: 4 Desember 2021   15:23 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyandang disabilitas| Sumber: Shutterstock/Bro Vector via Kompas.com

Soal memulai bisnis, tanpa ada keterampilan dan dana cukup, seseorang memang masih bisa meminjam uang dari bank dan mempekerjakan tenaga terampil. Tapi, ini hanya bagus untuk jangka pendek.

Dalam dunia bisnis yang serba dinamis, ditambah adanya pandemi seperti sekarang, berutang, apalagi dalam jumlah besar, risiko gagal bayarnya terlalu tinggi.

Apalagi, jika ada bunga di sana. Utang tidak mengenal apakah yang berutang itu seorang penyandang disabilitas atau tidak.

Kalau sudah terjebak dalam kubangan utang, siapa bisa menolong?

Punya ide berwirausaha itu bagus, tapi untuk sampai ke sana, ada banyak hal yang harus dibangun dari bawah, supaya bisa berkelanjutan. Ada dana, keterampilan, jejaring relasi, sampai strategi. Tanpanya, berwirausaha hanya sebentuk upaya bunuh diri.

Makanya, ketika belakangan mulai muncul platform pencarian kerja, yang secara khusus menyasar penyandang disabilitas, saya mulai iseng mencoba, dengan sasaran utama pekerjaan tetap. Jika masih sesuai kualifikasi, pergi merantau lagi pun tak jadi soal.

Sebagai seorang penyandang disabilitas sejak lahir, saya mensyukuri keberadaan platform seperti ini. Ada sedikit kesempatan, walaupun pilihannya masih didominasi kerja magang, kontrak jangka pendek, atau pelatihan jangka pendek. Tinggal isi form di g-form, selebihnya tunggu panggilan.

Sepintas ini praktis, tapi ternyata masih belum bebas masalah. Secara umum, cara "follow up" mereka kadang terkesan agak seenaknya. Datang tiba-tiba dengan informasi lowongan kerja, dengan tuntutan untuk segera mengirim CV, dilanjutkan dengan wawancara dalam waktu yang berdekatan.

Setelah semua itu dituruti, tak ada lagi kabar beritanya. Saat virus corona varian delta meledak di Indonesia beberapa waktu lalu, sikap ini masih bisa dimengerti, karena situasinya sedang sulit. Berkas yang diminta pun standar, tak sampai meminta data pribadi seperti ijazah, surat keterangan dokter, atau sejenisnya.

Tapi, saat mencoba platform sejenis yang lain, di lain kesempatan, caranya agak berbeda. Berawal dari iseng-iseng mengisi link g-form di media sosial platform itu pada akhir Oktober lalu, saya lalu berkesempatan menjalani rangkaian interview user secara virtual, dengan sebuah BUMN yang bergerak di sektor finansial.

Tak ada yang janggal di sini, karena dalam wawancara yang dilakukan secara virtual itu, semuanya standar. Masalahnya, situasi yang datang setelahnya sedikit menjengkelkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun