Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Oscar Tabarez, Kisah Sebuah Era

20 November 2021   19:37 Diperbarui: 21 November 2021   05:02 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sepak bola modern, tak banyak pelatih yang bisa awet melatih satu klub sampai lebih dari 10 tahun. Kecuali, selama bertugas ia mampu memberikan prestasi luar biasa, seperti pada kasus Arsene Wenger (1996-2018) di Arsenal, atau Sir Alex Ferguson (1986-2013) di Manchester United.

Fenomena serupa juga terjadi di tingkat antarnegara. Di Eropa, ada Joachim Loew (2006-2021) yang meraih trofi Piala Dunia 2014 bersama Timnas Jerman, atau Morten Olsen (2000-2015) di Timnas Denmark.

Selebihnya, semua datang dan pergi, termasuk Vicente Del Bosque (2008-2016) yang meraih trofi Piala Dunia 2010 dan Euro 2012 bersama Timnas Spanyol.

Pemandangan ini lebih langka lagi di Amerika Selatan, benua yang dikenal "gila bola". Maklum, tingginya ekspektasi di sana membuat bongkar-pasang di pos pelatih Timnas negara-negara Amerika Selatan sering terjadi.

Tapi, apa yang terjadi di Timnas Uruguay menjadi satu anomali. Negara juara dunia dua kali ini cukup awet dilatih oleh Oscar Tabarez.

Pelatih kelahiran tahun 1947 ini mulai bertugas (lagi) menjadi "entrenador" Los Charruas sejak tahun 2006. Momen ini terjadi tak lama setelah Alvaro Recoba dkk gagal lolos ke Piala Dunia 2006, usai kalah adu penalti atas Australia di babak play-off.

Sebelumnya, pelatih berjuluk El Maestro (Sang Guru) ini sempat melatih Timnas Uruguay pada periode 1988-1990. Di bawah arahannya, Si Biru Langit yang dimotori Enzo Fransescoli lolos ke babak perdelapan final Piala Dunia 1990.

Periode pertamanya hanya berlangsung sebentar, dan ia hanya mengarahkan tim yang sudah "jadi" dan sebelumnya sudah berpengalaman tampil di  Piala Dunia 1986 di Meksiko, plus juara Copa America 1987 di Argentina.

Situasinya berbeda di periode kedua, karena eks pelatih Boca Juniors ini ditugasi membangun ulang dan menetapkan filosofi tim.

Kebetulan, saat itu filosofi sepak bola khas Uruguay, yakni "garra charrua" sudah dianggap usang, karena terlanjur lekat dengan permainan defensif yang keras menjurus kasar. Kreativitas hanya milik pemain nomor 10 seperti Fransescoli atau Recoba. Selebihnya, tak ada yang istimewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun