Kalau kita menulis sebagai ego kita, mungkin rasanya akan sedikit melelahkan. Selalu ada kekurangan orang lain yang bisa dikritik, beserta obsesi pada angka atau hal-hal semacam itu, karena merasa dirinya paling sempurna.
Padahal, kalau itu terus-menerus diikuti, tak ada ujungnya. Bukannya bertumbuh kembang, malah hanya akan jadi bonsai. Tidak mati, tapi layu, merana perlahan-lahan.
Pada akhirnya, itu semua kembali ke diri sendiri. Apapun pandangannya sah-sah saja, selama tak memaksakan itu ke orang lain. Tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, karena semua seharusnya setara.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!