Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mensyukuri Kolapsnya ESL

24 April 2021   15:38 Diperbarui: 24 April 2021   15:44 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyusul kolapsnya ESL awal pekan ini, ada rasa syukur yang muncul di hati sebagian besar pecinta sepak bola, termasuk saya. Bukan dalam porsi sebagai seorang Kopites, tapi sebagai pecinta sepak bola secara umum.

Oke, dari luar, ide ESL ini memang terlihat menarik. Ada gelimang uang dari sponsor, tak ada degradasi, dan selalu ada big match.

Tapi, ada satu pertanyaan yang mengganjal di pikiran saya, soal big match nonstop ini. Apa benar semenarik itu?

Sebetulnya tidak sama sekali. Selain karena akan membosankan, big match yang terlalu sering atau rutin justru akan merusak keistimewaan duel spesial tersebut.

Dari sisi sejarah, big match memang punya nilai spesial, karena banyak hal yang mewarnainya. Ada prestasi klub, fanatisme suporter, faktor geografis, pemain bintang, sampai faktor kelas sosial.

Tapi, penggagas ESL ini agaknya lupa, yang membuat big match terasa spesial adalah karena duel ini jarang diadakan. Frekuensinya dalam setahun bisa dihitung dengan jari, bahkan ada yang belum tentu bertemu sekali dalam setahun. Misalnya, duel Real Madrid vs AC Milan, Liverpool vs Barcelona, atau Manchester United vs Bayern Munich.

Karena jarang bertemu rutin, ada daya tarik tersendiri yang membuatnya spesial. Daya tarik itu bisa rusak, jika frekuensinya terlalu sering, atau jika salah satu tim terlalu dominan.

Dalam beberapa kesempatan, situasi "jenuh" ini pernah menghinggapi di Liga Spanyol di awal dekade lalu, tepatnya saat laga El Clasico sempat jadi sajian rutin di ajang Piala Super Spanyol dan Copa Del Rey.

Duel ini memang jadi salah satu daya tarik Liga Spanyol, tapi ada rasa jenuh yang menghinggapinya, karena ada terlalu banyak bumbu perang komentar di media. Duel yang seharusnya mendatangkan rasa antusias, justru terlihat menjijikkan.

Pada kasus lain, ada partai "Der Klassiker" di Bundesliga Jerman, yang jadi terlihat membosankan karena kekuatan kedua tim cenderung timpang, karena setiap kali Dortmund punya tim yang tangguh, Bayern siap menggembosinya.

Untuk kasus yang agak ekstrem, ada "De Klasieker" antara Ajax Amsterdam vs Feyenoord Rotterdam di Belanda, dan "Superclasico" antara Boca Juniors vs River Plate di Argentina. Selain karena faktor prestasi, fanatisme suporter juga jadi poin yang selalu diwaspadai di kedua duel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun