Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jogja, Sebuah Sudut Pandang

15 Maret 2021   02:18 Diperbarui: 15 Maret 2021   05:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalahnya, berhubung saya waktu itu bekerja di kantor, dengan kondisi fisik "di bawah standar normal", saya biasa mengandalkan ojek online, yang memang praktis, dan sesuai dengan kondisi fisik saya.

Sebenarnya, ada pilihan moda transportasi umum yang harganya lebih murah, dalam wujud bus "antar kota dalam provinsi" trayek Jogja-Tempel, yang bisa sampai di depan kantor.

Tapi berhubung sedang pandemi, tingkat ketidakpastiannya cukup besar, karena armada bus yang beroperasi cukup terbatas. Dalam kondisi normal saja, butuh waktu agak lama untuk mendapatkan tumpangan bis, yang biasa berjalan cukup santai ini.

Jadi, ini tidak sepenuhnya bisa diandalkan. Belum lagi, jika masalah keselamatan diperhatikan, karena situasi sedang serba tak pasti. Lebih baik membayar lebih, tapi semuanya terjamin.

Jujur, saya tidak berani membayangkan, seberapa "berhemat" nya pekerja yang masih tinggal di kost atau kontrakan. Satu-satunya bayangan logis di pikiran saya hanyalah kerja sampingan.

Risikonya, waktu istirahat akan semakin berkurang. Bagian pahitnya, jika ada yang terpaksa "gali lubang tutup lubang".

Di sini, saya justru mendapati, kehidupan kelas pekerja di sini justru jauh lebih keras dari Jakarta, karena acuan standar kebutuhan hidup layak (untuk penghitungan upah minimum) di sini begitu minimalis.

Ironisnya, keadaan terlihat semakin timpang, karena harga properti terus meningkat, seperti halnya kebutuhan hidup sehari-hari.

Ketimpangan ini sendiri muncul, antara lain karena cukup banyaknya pelajar atau mahasiswa pendatang yang memang punya daya beli tinggi.

Mereka umumnya menganggap, biaya di Jogja serba murah, jika dibandingkan dengan daerah asal mereka, yang umumnya punya besaran upah minimum lebih tinggi, juga dengan standar harga yang sebenarnya menyesuaikan dengan besaran standar kebutuhan hidup layak.

Jadi, sebetulnya sama saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun