Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jogja, Sebuah Sudut Pandang

15 Maret 2021   02:18 Diperbarui: 15 Maret 2021   05:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenangan, Rindu, dan Pulang."

Inilah tiga kata yang mengakrabi Jogja, baik dari kotanya secara khusus, atau area provinsinya secara umum.

Kebetulan, dalam posisinya sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan daerah tujuan studi, Jogja memang punya daya tarik tersendiri.

Ditambah lagi, kota Jogja sendiri juga pernah menjadi ibukota negara, tepatnya pada masa perang mempertahankan kemerdekaan (1945-1949).

Inilah alasan mengapa di Jogja ada Istana Negara (yang dikenal dengan sebutan Gedung Agung), tempat presiden biasa "ngantor" jika berkunjung ke wilayah Jogja dan sekitarnya.

Sedikit penjelasan awal di atas, mungkin membuat sebagian orang punya keinginan untuk menetap di sini, karena semua terlihat keren.

Tapi, jujur saja, sebagai orang yang sudah belasan tahun tinggal di sini, keinginan itu sebetulnya terdengar agak aneh. Kecuali, jika orang tersebut memang punya pendapatan besar, tabungan pensiun cukup banyak, atau ingin bekerja lepas, tanpa embel-embel tekanan tinggi.

Budaya permisif di sini, memang membuat suasana jadi serba santai. Secara personal memang menyenangkan. Tak ada masalah adaptasi, sepanjang tidak ada "toxic person" di sini.

Meski begitu, budaya "santai" ini kurang pas untuk pekerja kantoran atau sejenisnya, dalam konteks profesional. Khususnya di badan usaha yang kurang bonafide.

Seperti diketahui, tingkat besaran upah minimum kota/kabupaten (UMK) di sini masih berada di kisaran dua juta rupiah pada titik tertingginya (di kota Yogyakarta) dan sedikit di bawahnya, pada daerah lain.

Itu dalam kondisi sebelum pandemi datang. Saat pandemi menyerang, sudah pasti ada penyesuaian sana-sini di lapangan. Jadi, bisa dibayangkan seberapa "hemat" nya gaya hidup hemat yang harus diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun